"NADIN, SEKOLAH YUK." pagi ini Nadin dikejutkan dengan teriakan seseorang didepan pagar rumahnya, kalau Eja Nadin rasa tidak mungkin entah siapa yang berteriak seperti itu, rasa ingin menampol tapi Nadin mau berusaha jadi kalem, mana bisa.
"Nadin, siapa sih itu?" Nadin menggidikan bahunya menanggapi Renjana, sang Bunda. Nadin juga tidak tau, buru-buru dia keluar membuka pintu dengan sambutan angin yang bersemilir syahdu. Mata Nadin membulat menemui siapa yang sudah bertandang dipagar rumahnya dengan senyuman khas yang Nadin tau itu siapa. "ERGAS??"
"Pagi Nadin, buka dulu kenapa ini pagar rumah lu." Nadin langsung membuka pagar rumahnya, mendapati kehadiran Ergas dengan senyum sumringah, pasti disuruh Eja.
"Ngapain lu kesini pagi-pagi."
"Jemput lu lah apalagi? Janu enggak bisa dia ada urusan, biasalah pak kapten."
Nadin mengernyitkan alisnya. "Disuruh Eja?"
"Thats right baby." Ergas mengangguk mantap, dia memang disuruh Eja menjemput Nadin kalau Dika kasian rumahnya jauh dari sekitaran komplek Nadin tadinya sih mau Janu, tapi Janu sibuk mau bagaimana lagi jadi terpaksa dia suruh Ergas, Eja harap Nadin tidak trauma dibonceng Ergas yang bawa motor kaya lagi challenge sama malaikat maut.
" Eja mana ?"
Ergas sempat terdiam seperti memikirkan jawaban sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan Nadin apa adanya. "Masuk angin, dia abis liat festival musik kan bareng lu? Terus ya gitu itu anak masuk angin nanti kita sama-sama kerumahnya pulang sekolah."
Nadin mendecak kesal, sudah dibilang anak itu pasti akan masuk angin. Sok-sokan meminjamkan Nadin hoodienya yang tepar akhirnya dia sendiri, liat saja nanti dia akan mengomeli anak itu habis-habisan tidak mau tau.
"Malah bengong, ayo weh buruan lu mau emang disambut pak Abdul pagi-pagi begini? Gue sih ogah." Tegur Ergas pada Nadin yang sibuk melamun dari tadi memikirkan rangkaian kata untuk mengomeli si bandel Eja.
"Nadin, siapa ini?" Renjana dikejutkan dengan kehadiran remaja laki-laki lain dirumahnya semalam dia tau, namanya Janu yang ini Renjana tidak tau, tapi menurut Renjana anak ini ganteng dan tengil, tepat sasaran. "Kenalin Tante, saya Jergas Danuarta Jenggala terdeteksi kembaranya Dilan pacarnya Milea Adnan Husein tapi bedanya saya jomblo Tante, jomblo berkelas." Renjana tertawa kecil, melihat tingkah absurd Ergas saat perkenalan tadi.
"Oh kembaranya Dilan ai kamu? Pantes mirip." Puji Renjana, membuat Ergas semakin pede saja mengakui dirinya kembaran Dilan.
"Iya Tante, saya mau izin jemput Nadin disuruh Eja." Nadin terkejut mendengar penuturan dari mulut berdosanya Ergas, buru-buru dia menginjak kaki Ergas.
"ADUW, NADIN SAKIT!" Renjana yang paham langsung menatap anak gadisnya sambil tersenyum manis. "Nadin enggak boleh gitu, kasian temennya."
"Bunda, kita berangkat ya takut telat." Nadin mengambil tas ditangan Renjana berpamitan lalu menarik Ergas untuk cepat-cepat pergi dari halaman rumahnya. Tanpa basa-basi Ergas langsung melajukan motornya membelah jalanan dengan semilir sejuk lembar kehidupan baru dihari yang baru lagi.
Nadin hanya mampu beristighfar dalam hati, sebab benar adanya Ergas membawa motor seperti challenge dengan malaikat maut.
Poor hati Nadin.
-
"Lu tuh bawa motor kaya lagi ngeprank malaikat maut tau enggak sih?!" Nadin mengomel pada Ergas begitu mereka sampai di parkiran sekolah, sedangkan yang di omeli malah cengar-cengir tidak jelas sambil menggaruk tengkuknya. "Ya gimana ya Din, gue udah kebiasaan gitu."
![](https://img.wattpad.com/cover/278700964-288-k932944.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagat Nabastala
Fiksi PenggemarTerkadang kehidupan selalu menjelma menjadi asap kecil yang berterbangan, entah terbang ke arah gelap atau terbang ke arah terang, dan semesta turut serta bermain sebagai pengatur alur kehidupan. Ini bukan kisah tentang malam merindu siang, atau faj...