- Bentala pada Nabastala

278 86 271
                                    

"Kok lu mau bantuin anak-anak tadi ? Padahal lu baru kenal mereka kan." Kini Nadin dan Eja tengah bersantai di minimarket dulu sebelum nanti Eja mengantar Nadin pulang, mendengar pertanyaan polos cewek yang duduk di bangku sebelahnya Eja tersenyum tipis lalu meminum cola ditanganya sebelum menjawab pertanyaan Nadin. "Kan tolongin orang itu enggak harus liat latar belakangnya Din."

Nadin mengangguk, benar juga apa yang ada di pikiran Eja ya walaupun dia begajulan parah tapi jiwa kemanusiaan tetap ada.

"Karena gue ngerasain semuanya." Sambung Eja dengan tatapan hampa tapi dengan senyum yang masih berusaha dia tunjukan, Nadin mulai berfokus pada laki-laki disampingnya dengan penuh seribu tanda tanya.

"Because, I know what it feels like to be away from mom and dad."

"tapi bukanya bunda sama ayah lu masih ada ?"

Eja tertawa, menertawakan hidupnya yang konyol sih lebih tepatnya. "can I tell u something Nadin? karena orang tua yang lengkap belum tentu hubungannya baik dan gitu pun sebaliknya, orang tua yang enggak lengkap belum tentu dia ngerasa baik buat ngejalanin hari-harinya sendiri, dan lu engga bisa berspekulasi tentang seseorang tanpa lu tau yang sebenarnya. Kehidupan emang sebercanda itu Nadin dan lu harus siap sama takdir lu."

Nadin menunduk memandangi botol teh pucuk ditangannya, dia mulai paham situasi nya sekarang dan kenapa cowok disampingnya ini sebegajulan itu kelihatan nya padahal jauh dari itu Nadin menemukan sosok dewasa seorang Dareza tentang kehidupan, tapi perlu dicatat Dareza tetap sosok yang semenyebalkan itu bagi hidup Nadin ya walaupun dia tersentuh bukan berarti dia mau damai secepat ini, sorry yang ada gengsi.

"Maaf, gue engga tau."

"Santai aja kali Din udah jadi rahasia umum disekolah tentang kehidupan gue yang ya gitu lah lu bisa lihat sendiri, makanya lu selalu nemu gue sama Janu, Dika, Ergas mulu kan ? karena sekarang mereka rumah gue mereka support system gue engga tau si kedepannya gimana, atau lu mau jadi support system gue selanjutnya juga ?" Sebenernya sih Eja cuman bercanda tapi sepertinya cewek disampingnya ini salting.

"apaan sih, gamau lu nyebelin ogah banget gue."

Eja hanya tertawa melihat Nadin seakan menolaknya mentah-mentah tapi dengan keadaan wajah merah Semerah kuah seblak.

"Ini lu masih lama? gue mau pulang anjir berasa diculik om-om tau nggak sih gue." Iyalah berasa diculik om-om dia pakai baju SMA sedangkan cowok disampingnya ini makai stylean om-om dengan jaket kulit hitamnya, tapi ganteng sih Nadin juga tidak bisa bohong.

"kalau om-om nya kayak gue lu enggak bakal nolak lah kalau diculik." Ucap Eja percaya diri.

"ogah!" Nadin dengan wajah judesnya tapi bagi Eja Nadin hanya beda, kalau salting bukanya malu tapi Nadin malah galak, calon teman ini menarik juga dimatanya ya masih calon teman karena bagi Nadin Eja masih musuhnya.

_

setelah perdebatan tidak jelas mereka didepan minimarket tdi, akhirnya Nadin diantar pulang juga mobil sedan hitam itu berhenti didepan rumah Nadin. Dan kali ini teras Nadin tidak kosong, Ayah dan Bunda nya ada didepan sambil bercengkrama hal yang entah apa itu Nadin juga tidak tahu.

" Ayo turun, ngapain lu bengong kesambet dedemit tau rasa lu." Eja tersadar dari lamunan singkatnya, bukan apa-apa sih dia hanya merindukan suasana hangat didepan matanya dan juga sebenarnya Nadin paham apa yang dirasakan cowok dibalik kemudi ini.

"Nadin, sama siapa ini? Kasep pisan kaya ayah."

"ih Ayah, apa-apaan sih." Demi apapun Nadin ingin tenggelam ke Antartika saja rasanya, ya dia sudah biasa sih menghadapi sikap narsis Ayahnya, tapi si Eja kan baru. Nadin yakin Eja keheranan dengan sikap narsis Ayahnya.

Jagat Nabastala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang