Nadin menatap ponselnya sebal, tiga puluh menit yang lalu Eja mengabari kalo nanti yang menjemputnya Dika sedangkan Eja ada urusan. Tadinya Nadin tidak mau cuman kepalang tanggung Ayah Bunda nya masih di Majalengka. Nadin agak sedikit canggung dengan Dika kalau Janu atau Ergas Nadin sudah terbiasa tapi sayangnya Janu dan Ergas juga sedang ada kesibukan, entah sibuk betulan atau sok sibuk.
Mobil BMW milik Dika sudah bertandang di depan pagar rumahnya, Nadin buru-buru menutup pintu kemudian menyusul Dika yang menyambut Nadin dengan senyum manis didepan pintu mobil, semoga Gea tidak melihat bisa-bisa Nadin digebuk pacar orang.
"Pagi Nadin, pacarnya Eja." Nadin membalas senyuman Dika tidak kalah manis.
"Eja ada urusan apa Dik? Kok enggak bilang sama gue dulu."
Dika menatap Nadin heran, bisa-bisanya Nadin yang berstatus pacar masih menanyakan urusan Eja apa, harusnya Nadin lebih tau atau Dika tebak Eja masih belum terbuka seratus persen pada Nadin, anak itu suka membuat Dika migren sendiri.
"Lah, lu pacarnya masa enggak tau?"
Nadin menggeleng pasrah, kenyataanya memang begitu bagaimana mau tau? Laki-laki itu bahkan tidak membalas pesannya lagi setelah mengabari.
"Gue enggak tau, itu anak mana mau bilang ke gue sekalipun status gue sama dia udah beda, sekali pun gue pacarnya tapi kan yang lebih dulu tau tentang Eja pasti kalian."
Dika berdecak mendengar keluhan kesah Nadin. "Nanti lu bisa liat sendiri deh, pacar lu tuh keras kepala Din, pengen gue jadiin perkedel sumpah dah, kalo enggak kasihan juga udah gue jadiin prekedel jauh-jauh hari susah banget dibilangin."
Seketika Nadin yang awalnya cemberut jadi tergelak, Dika memang manusia emosian sejagat raya yang Nadin tau, apalagi kalo dia sedang bersama Ergas bisa-bisa terjadi perang dunia dalam pertemanan, poor Ergas.
"Ayo berangkat, nanti kita telat." Dika membukakan pintu mobilnya untuk Nadin, ya walaupun Nadin cuman sebatas pacar sahabatnya tapi Nadin adalah wanita, bagi Dika wanita itu hal yang paling diutamakan.Teruntuk Gea, kamu beruntung sudah memiliki pacar seperti Jenkala Radika, selamat memadu kasih! Dan teruntuk Adis selamat menjalani masa-masa malarindu untuk move on dalam jangka panjang !
-
"Sakit enggak sih Ja? Ya Allah jahat banget si tua udah bikin muka lu bonyok gini." Ergas meringis kecil, seolah bisa merasakan remuknya wajah Eja, memar di bagian rahang sudut bibir yang membiru sudah seperti ikut tawuran masal, rencananya hari ini Eja bolos di UKS bersama Ergas, kalo Janu jangan ditanya ya peraturan takut Bunda masih Janu terapkan, Eja tidak mungkin masuk kelas dengan keadaan babak belur, yang ada dia dituduh ikut tawuran liar atau paling parah dia dituduh ikut komplotan begal.
"Enggak sakit, biasa aja." Pernyataan Eja sangat amat nyeleneh untuk Ergas.
Janu mendecih, sudah dia duga jawaban Eja seperti itu seolah-olah anak itu sudah mati rasa dengan kesakitan- kesakitan yang ia rasakan. "Biasa aja pala mu mbledos, muka bonyok gitu masih bisa bilang biasa aja gue tempeleng juga lu." Sambar Ergas terang-terangan.
"Lu yakin mau bolos di UKS?" Janu meyakinkan temannya lagi, siapa tau dia berubah pikiran, atau bisa saja anak itu nanti hilang untuk bolos di warung perempatan bang Raden."Yakin, ya masa gue masuk kelas keadaan begini? Bisa dituduh macem-macem gue."
Janu mengangguk beberapa kali, perkataan Eja ada benarnya juga, apalagi image Eja disekolah sudah terkenal begajulan bukan tidak mungkin dia akan dituduh ikut tawuran liar, atau aksi pembegalan pelajar, atau bisa jadi dia dituduh maling mangga sampai babak belur kena amuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagat Nabastala
Hayran KurguTerkadang kehidupan selalu menjelma menjadi asap kecil yang berterbangan, entah terbang ke arah gelap atau terbang ke arah terang, dan semesta turut serta bermain sebagai pengatur alur kehidupan. Ini bukan kisah tentang malam merindu siang, atau faj...