31: News
"Harusnya aku menerima, bukan memberontak."_Adara Ameira Raqueler
—Killing Sollicitat—
🐨🐨🐨Pada dasarnya setiap makhluk dituntut untuk hidup dengan sifat individual, namun itu dalam konteks yang berbeda.
Memang benar, setiap makhluk membutuhkan seseorang untuk menunjang kehidupannya namun tidak semuanya harus disamakan pada pernyataan tersebut.
Kebiasaan Amora yang selalu bergantung pada Radar membuatnya menjadi merasa enggan melakukan apapun saat tidak didampingi oleh cowok itu. Sekarang setelah berdebat dengan Dewa, dia memilih pergi namun karena keadaan di luar sana sedang hujan dia menunggu di depan cafe.
Amora memperbaiki tatanan rambutnya, langkahnya sedikit mundur saat percikan air hujan mengenai sepatutnya. Amora sejenak terpaku pada pemandangan di dapan sana, banyak pengendara bermotor menerobos hujan dengan nekat tanpa menggunakan jas hujan, suara kendaraan yang menyatu dengan suara hujan memberikan kesan tersendiri pada Amora.
"Eh, itu kak Amora nggak, sih?"
"Kok nggak pake seragam?"
Amora menoleh mendengar bisikan itu, menatap sekilas pada siswi yang datang entah dari mana. Amora memang bolos hari ini, moodnya sedang buruk, dengan kondisi seperti ini tidak cocok untuk pergi ke sekolah.
"Dia yang viral 'kan?"
Alis Amora mengkerut mendengar kalimat itu. "Sorry?" Amora melangkah mendekati mereka dengan tatapan mengintimidasi.
Keduanya kicep mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Ngomong apa tadi? siapa yang viral?" Nada bicara Amora penuh penekanan dan menuntut, dia bersedekap dada dengan dagunya terangkat angkuh.
"Ka—kakak, viral," cicit gadis itu lalu menarik temannya untuk segera pergi.
"Eh," seru Amora menatap kepergian mereka dengan penuh penasaran, saat hendak melangkah untuk mengejar mereka, taksi online pesanannya langsung datang hingga Amora mengurungkan niat.
Ada sesuatu yang harus Amora selesaikan, tiba-tiba saja wali kelasnya memintanya agar segera ke sekolah. Kehebohan apa yang terjadi hingga melibatkannya cukup dalam seperti ini? Apa mungkin semesta baru saja ingin bermain-main dengannya?
Hembusan AC yang mengenai permukaan kulitnya yang basah terkena air hujan membuat dia merinding kedinginan. Amora duduk di kursi penumpang dengan pandangan menatap ke luar jendela. Titik-titik air di kaca jendela dan bayangan wajahnya yang tidak begitu jelas adalah titik fokusnya sekarang.
Saat berkedip, cairan bening mengalir di pipinya tanpa permisi, tangannya terkepal meremas perutnya. Rasanya nyeri, tapi bukan perutnya melainkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Sollicitat [COMPLETED]
Novela JuvenilSeptember tahun ini benar-benar kejam, bukan? layaknya mimpi di musim panas, dia menghilang tanpa jejak, melenyapkan semua bukti sehingga membuat Neptunus bingung di mana dia saat bermimpi waktu itu. Banyak yang terjadi saat ini, banyak yang ingin...