21: Ingkar
"Hadirmu bagaikan gangster. Mengutus pasukan rinai, memerintah pada petir, menyapa dengan gemuruh, dan memberikan aksi reaksi layaknya hukum alam. Kali ini,
tolong tinggalkan jejak dengan genangan penuh kenangan."_Adara Ameira Raqueler—KILLING SOLLICITAT—
————
🐨🐨🐨Suara bising dari beberapa siswa yang sibuk menghapal rumus dan beberapa siswa yang mondar-mandir di koridor menandakan bahwa hari ini, semua siswa Xvaroid high school sedang sibuk-sibuknya.
"Arus listrik yang disebabkan oleh aliran muatan-muatan listrik dapat menghasilkan—"
"Perang dunia!" sambar Radar.
Siti langsung menoleh dengan ekspresi ketus. "Apaan, sih lu nyamber aja kayak tukang becak."
"Cocok, tuh buat judul ftv, ganteng-ganteng tukang becak," ujar Radar.
"Ih, narsis banget, mending lo buat contekan aja sana daripada gangguin gue belajar."
"Dih, pede banget. Ngapain juga gue gangguin lo. Gue udah pinter nggak usah buat contekan juga tetep lulus," ucap Radar.
Siti mengibaskan rambutnya berjalan masuk ke dalam kelas. "Capek ngomong sama tembok."
"Yee, sembarangan lo pentol korek."
Saat semua orang sibuk belajar, hanya Radar dan Devan yang tinggal nongkrong di depan kelas. Keduanya begitu kompak menjahili siapa saja yang melintas di depan mereka.
"Dar, kemarin gue abis jalan sama si Vani."
"Pantesan gue ajak nongkrong lo nggak mau. Abis grepe-grepe, ya lo?"
"Otak lo, Nyet. Nuduh mulu."
"Terus lo ngapain sama si Vani? Ke pengajian? atau lo ajak keliling api unggun?"
"Gue ajak mulung di kolong jembatan."
"Heh ... Heh ... Kenapa tidak belajar ini?!" Damar langsung mengejutkan mereka, suara beratnya begitu khas hingga membuat teman sekelas Radar tertipu.
"Udah pinter, Pak," jawab Devan bercanda.
"Kalau saya udah buat contekan, Pak," ucap Radar.
"Lo dari mana, aja? Dari tadi ditungguin sama si Siti."
"Gue, mah dari keluarga baik-baik." Damar mengambil tempat di dekat Radar.
"Masih aja becanda lu, si Biru mana?"
"Di kelas. Capek hati gue sama dia, marah-marah mulu kayak cewek PMS."
"Dateng bulan kali," ujar Radar.
"Patut dicurigai si Biru, dateng bulan tiap hari. Mana kalau marah nggak kira-kira lagi, kuping gue panas dibentak mulu," beber Damar.
"Dam, kunci jawabannya udah lo hapal belum?" tanya Devan sedikit berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Sollicitat [COMPLETED]
Teen FictionSeptember tahun ini benar-benar kejam, bukan? layaknya mimpi di musim panas, dia menghilang tanpa jejak, melenyapkan semua bukti sehingga membuat Neptunus bingung di mana dia saat bermimpi waktu itu. Banyak yang terjadi saat ini, banyak yang ingin...