7 : Tamu

87 22 10
                                    

7: Tamu

"Jangan pernah ikut campur, masa lalu seseorang bukan sebuah ajang pencarian bakat ataupun perlombaan yang bisa kau ikuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah ikut campur, masa lalu seseorang bukan sebuah ajang pencarian bakat ataupun perlombaan yang bisa kau ikuti."_Vero Alterio Kluster

Ini salah satu part yang panjang, aku harap kalian enjoy bacanya.

KILLING SOLLICITAT
—————

🐨🐨🐨

Pukul 02.00 Wib dini hari dan Dara masih terjaga. Matanya menatap jendela apartemen dengan penuh waspada. Ia memegang tongkat basbol berjalan perlahan membuka tirai untuk mengintip keadaan di bawah sana namun netranya tak menemukan siapa-siapa.

Tok ... Tok ... Tok ....

Dara terlonjak kaget. Bayangkan saja, suasananya sudah sangat menegangkan karena lemparan batu di jendela apartemennya dan sekarang ada yang mengetuk pintu. Siapa yang ingin bertamu saat semua orang tertidur lelap begini? Dara mulai negatif thinking.

Tok ... Tok ... Tok ....

Ketukan itu masih terdengar, Dara diam pada pijakannya berusaha tidak menimbulkan suara apapun.  Terkadang pura-pura tidak mendengar adalah jalan yang terbaik untuk menghindari malapetaka.

Brak ... Brak ... Brakk ....

Ketukannya makin menggila begitu pun dengan jantung Dara yang sepertinya telah berpindah tempat, ternyata berpura-pura  juga tetap mengganggu.  Dara takut, tapi  ia juga tidak ingin pintu apartemennya rusak. Ternyata benar, keadaan bisa tiba-tiba membuat seorang pengecut jadi berani, sama seperti Dara berjalan pelan mengintip lewat lubang pintu.

Alisnya berkerut dengan mata menyipit. Yang mengetuk pintunya adalah  pria jelek yang akhir-akhir ini selalu meminta bantuannya, ia langsung membuka pintu dan berkacak pinggang.

"Akhirnya keluar juga, di sini panas kayaknya mau hujan," ujar Radar mengulurkan tangannya. "Pesan dari Neptunus."

Dara menerima surat itu dengan raut wajah datar. Marah? Tentu saja. Dia hampir lompat dari jendela karena ketakutan, pintunya hampir rusak karena Radar tidak mengetuk dengan tangan, melainkan kaki. Terlihat jelas dengan jejak sepatunya yang ada di pintu.

"Lo mabuk?" tanya Dara.

Radar yang berdiri sempoyongan hampir jatuh karena menginjak tali sepatunya. Bocah ini benar-benar meresahkan. Radar mengangguk, mengalunkan lengannya pada pundak Dara menyuruh gadis itu memapahnya.

"Gue mabok air, di apartemen Devan enggak ada makanan," ujar Radar.

Bohong? Tentu saja. Ayolah selama di apartemen kerjaanya hanya menghabiskan seluruh isi kulkas Devan, dan di hadapan Dara ia malah mengatakan yang sebaliknya. Sopankah begitu?

Killing Sollicitat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang