5. Dia Hamil

1.3K 128 2
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa vote dan comment yaa

.
.
.

"Kamu ga berpikir lebih baik kita menggugurkan kandungan ini?" Tanyanya.

Lagi-lagi dia menanyakan hal gila. Aku tidak lah sejahat itu! Aku tau betapa berbahayanya aborsi! Dia mungkin akan lebih menderita kedepannya jika dia nekad.

"Aku rasa aku suka kamu Le, tapi kalau aku hamil, aku ga tau harus gimana? Aku mau kita pacaran seperti remaja yang lainnya. Jatuh cinta di masa remaja, sangat indah." ungkapnya dengan wajah murung.

Dia sangat lucu, tapi ini bukan hal yang baik kan? Dan aku masih tidak percaya dengan namanya takdir. Begitu pula dengan jatuh cinta, itu semua cuma cerita haluan belaka.

Tapi ga salah bukan jika akhirnya aku jatuh cinta dengan pesona nya yang percaya diri itu?

"Kalau begitu, kalau kamu ga hamil. Ayo kita pacaran! Tapi kalo kamu hamil, ayo kita nikah!"

"Kamu ga mikir buat aborsi?"

"Aku ga mau mencelakakan nyawa orang lain yang bakal membunuh orang lain." Jawab ku.

"Maksudnya?"

Aku menghela nafas panjang, "Aborsi itu berbahaya buat kamu."

"Tidak!! Jika benar aku hamil, lebih baik aku gugurkan saja kandungan ini."

"Jangan gegabah! Kemungkinan terberat nya kamu bisa saja terkena kanker! Atau bahkan mandul! Atau... Meninggal..."

"Itu kan kemungkinan saja. Aku harus sanggup menerima konsekuensi nya."

"Tapi nyawamu dan nyawanya lebih penting. Memang kamu bisa dengan tega menggugurkan janin yang ada di perut mu itu?"

"Aku tidak bisa! Tapi aku juga masih pengen seperti orang banyak Le. Merasakan masa muda tanpa perlu memikirkan hal lain. Dan lagi, ayahku pasti akan membuangku setelah tau anaknya hamil di luar nikah. Dan ibu tiri ku, pasti takkan lagi membiarkan aku tinggal di rumah itu."

Memang, aku tidak akan bisa membahagiakan Lean dengan ekonomi ku yang kurang. Merawat diri ku sendiri saja susah, bagaimana bisa aku merawat 2 orang sekaligus? Bisa-bisa Lean stress karena hidup bersamaku. Beda jika dia hidup bersama temannya kemarin.

"Keputusanku telah bulat. Aku belum siap. Meski aku sadar, ini adalah kesalahanku sendiri," lanjutnya.

Dan aku jelas mengerti apa yang akan terjadi kedepannya di kehidupan dia. Karena pada dasarnya, wanita yang akan banyak di rugikan.

Aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Jika pun itu keputusan nya, mungkin aku hanya akan di samping nya hingga ia bebas dari ketidaksengajaan ini.

"Baiklah aku ikut keputusanmu, Lean. Aku yakin kamu lebih bijak. Karena kamu yang akan mengalami hari yang lebih berat ini," jelasku.

"Dan sekali lagi, aku minta maaf atas kejadian saat itu."

Dia mengangguk sambil menghela nafas. "Aku periksa dulu, tapi sebenarnya aku ga mau jauh dari kamu," lirihnya bangkit, dan pergi menuju kamar mandi.

Aku tidak tau dengan perasaan ku sekarang. Tapi aku benar-benar takut akan hal yang tidak seharusnya terjadi.

Aku paksakan untuk bangkit dan menunggu Lean. Waktu terus berjalan, hingga aku sudah menunggu nya selama 10 menit di depan pintu kamar mandi.

"Lean? Kamu baik-baik aja kan?"
Tidak ada balasan darinya, namun pintu pun terbuka. Aku melihat raut wajahnya yang datar. Jantungku berdebar, kabar apa yang akan ku dengar?

She Pregnant My Baby | Chenle X WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang