2. Roti Keju

1.4K 123 10
                                    


Selamat membaca
Jangan lupa Vote dan Comment nya yaa!!

.
.
.

✨✨✨

Dia terus saja menangis. Aku sendiri ga tau apa hal yang harus ku lakukan sekarang. Aku masih sekolah, bahkan aku hidup pendirian tanpa keluarga di sampingku. Mana mungkin aku bisa bertanggung jawab untuk orang lain?

"Sudahlah, berhenti menangis."

Ini keputusan yang sangat sulit di kehidupanku.

Haruskah aku menjadi pria jahat yang tidak perlu memperdulikan kehidupan nya di masa depan? Lari dari masalah ini?

Atau haruskah aku berpikiran gila dengan bertanggung jawab atas dirinya, sedangkan aku sendiri masih perlu bekerja keras menghidupi diri ku sendiri?

"Aku hiks tidak tau harus bagaimana hiks hiks," jelasnya semakin kejar menangis.

Melihat dirinya, membuatku mengingat Ibu. Aku bukan lelaki brengsek. Dan aku bukan lelaki seperti ayah. Aku tidak ingin jadi lelaki pengecut.

Aku memeluk dirinya, "aku akan bertanggungjawab jika kamu hamil."

Dan tanpa ku sangka, ia kini membalas pelukan ku --erat. Dan ia tidak mengindahkan posisinya hingga akhirnya ia berhenti menangis.

"Ayo makan dulu," ujarku.
"Mari bicara lagi nanti."

Aku hendak untuk pergi, namun lagi-lagi ia mencekal tangan ku.

"Boleh ga aku minta bantuan kamu?" Tanyanya lirih.

"Apa?"

"aku mau ke kamar mandi. Tapi Kaki aku lemas." Jelasnya malu-malu, membuatku gemas.

Tidak!
Sadar Chenle! Kamu tidak boleh jadi lelaki mesum!

"Maaf telah membuatmu begini," jelasku lalu mengangkat tubuh nya bersama selimut yang menutupi tubuhnya dengan kedua tangan ku. Tangannya melingkar di leherku, wajahnya melekat di leherku -membuatku meneguk saliva.

Sekelibat kenangan malam tadi muncul di pikiranku. Tubuhnya yang wangi, dan kulitnya yang putih seputih susu.

Jangan bodoh Chenle! Kamu sudah merusak masa depannya dan masa depanmu.

Setelah sampai di kamar mandi, aku pun dengan perlahan menurunkannya di kloset.

"Aku pergi. Jika butuh pertolongan lagi, panggil saja."

"Namamu siapa?" Tanyanya.

"Chenle, Zhong Chenle,"

"Chenle? Aku rasa aku pernah mendengar namamu di sekolah," lirihnya.

"Apa mungkin kamu masih sekolah?" Tanyanya.

Aku mengangguk.

"Chenle Kelas 12D kan?"

Aku terdiam. Aku sekarang ingat. Dia Leandra, anak 12A yang terkenal akan kepintarannya itu.

Dia satu sekolah dengan ku.

Takdir gila apa ini?

"Kamu Lean? Leandra Winter?"

Matanya membulat, kaget?
"Ternyata kita beneran satu sekolah."

"Kita bicara lagi nanti, sekarang kamu bersihkan dulu saja tubuhmu."

"Baiklah, terimakasih sebelumnya." Ujar Lean, lalu segera ku tutup pintu kamar mandi.

Segera ku siapkan baju yang bisa di pakai olehnya. Setelah itu aku kembali duduk di sofa sembari memikirkan hal kedepannya. Apa lebih baik aku menyuruhnya menggugurkan kandungannya jika ia hamil? Tapi itu sangat berbahaya bagi dirinya sendiri. Aku takut akan berujung seperti mama.

She Pregnant My Baby | Chenle X WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang