21. Bersamanya

759 77 8
                                    

Selamat membaca
Vote✓
Comments✓
Share✓

.
.
.
✨✨✨

Sungchan POV

Aku menghentikan motor di garasi rumah. Lalu membuka pintu rumah yang hampir mirip seperti kuburan.

"Aku pulang."

Aku menghela, melihat ke sekeliling rumah yang luas ini. Aku muak melihat suasana rumah yang sepi ini. Tak ada kehidupan selain benda-benda mewah tak berarti.

Aku masuk kedalam kamarku dan segera menanggalkan pakaian lalu pergi mandi dan membilas tubuhku yang penuh memar dan darah bekas pukulan ka Yuta.

Setelah selesai, aku berbaring di tempat tidurku. Aku menatap ponsel yang terdapat wallpaper aku dengan Lean.

Apa Lean beneran ga sadar kalo aku sebucin itu sama dia?Bahkan Ucapannya kemarin masih memenuhi kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa Lean beneran ga sadar kalo aku sebucin itu sama dia?
Bahkan Ucapannya kemarin masih memenuhi kepalaku. Ucapan yang membuat ku semakin frustasi.

"Chan, jangan gitu. Dia sudah sah sebagai suamiku juga ayah dari anak di kandunganku."

Aku mengeraskan rahangku. Menahan emosi, bahkan setelah kepergian Chenle.

Dia menggenggam tanganku.
"Aku mau kamu berusaha melupakan perasaanmu itu. Kita ditakdirkan bersama hanya sebagai sahabat, bukan lebih."

"Lean, aku sayang sama kamu."

"Tolong Chan, jangan melebihi batas. Kamu terlambat, aku sudah melupakan perasaan ku sejak dulu."

"Apa kamu pernah bilang memiliki perasaan yang sama dengan ku? Selama ini hanya aku." Jelas ku.

Lean menatapku dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Kalo bisa di samain, kamu itu kaya pelangi. Sering banget orang nunggu untuk melihat keindahannya setelah hujan, tapi ia muncul semaunya, hingga akhirnya orang lebih memilih untuk melupakan pelangi dan kembali mengerjakan aktivitas yang tertunda. Kamu juga kaya gitu Chan."

"Kamu ga sadar kalo aku selalu ada buat kamu?"

"Cukup Chan! Aku benci sama omongan kamu yang bilang kamu sayang sama aku! Semua itu bohong! Aku juga tau!" Lean meninggikan suaranya. Aku mematung, melihat Lean yang pertama kali emosi di hadapan ku. Wajahnya memerah, lalu akhirnya ia menangis sembari menutup dirinya dengan selimut.

Aku tidak tau harus berbuat apa. Dia menangis, dan ini pertama kali aku melihatnya seperti ini.

"Pergi dari hadapanku. Selamanya." Isak Lean.

"Sial." Aku melempar ponsel ku sembarang.

Apa dia tidak sadar, bahwa aku yang selalu menjaganya? Menjauhkan dirinya dengan lelaki brengsek? Yang selalu ada buat dia? Tapi kenapa dia tidak pernah percaya?

She Pregnant My Baby | Chenle X WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang