Masuk ke dalam rumah, suasana terlihat ramai. Dimana July dan Jaya memperebutkan sebuah kaos berwarna orange dengan motif wajah menyeramkan —menurut Anya gambar reog itu menyeramkan.
"Udah biar adil ini buat Saga aja." lerai Gigi sambil mengambil kaos itu dari July dan Jaya, sebelum benda itu robek karena keduanya terus tarik-menarik memperebutkannya.
Saga menerima kaos itu dari tangan Gigi sambil mengucapkan thanks, singkat padat dan jelas.
Anya duduk di sofa panjang di samping Saga, lalu disusul oleh Alva yang duduk di sampingnya. Melihat hal itu membuat July tersenyum penuh arti sambil menatap Anya yang duduk di tengah pemuda-pemuda tampan itu.
"Jadi pilih yang mana Nyaa?"
"Apaan sih?" balas Anya ketus sambil mencicipi bolu gulung yang tersaji di meja.
Posisinya saat ini mereka semua sedang duduk di atas sofa, hanya July dan Jaya yang duduk melantai di bawah.
"Pilih kanan atau kiri?" tanya July lagi sambil menaik-turunkan alisnya, berusaha menggoda Anya yang terlihat cemberut sejak datang.
"Pilih Rafilah." kata Anya cuek.
Rafi yang duduk di samping Gigi spontan menegakan badannya. "Lo kalau kangen sama gue, jangan gitulah, Nyaa. Hubungan kita diem-diem aja. Serem gue babak belur dihajar dua bodyguard lo itu."
Anya tersenyum mendengar tanggapan Rafi, berbeda dengan July dan Jaya yang langsung menyoraki Rafi dengan kata-kata 'buaya darat!' atau 'kang ngerdus dasar.'
Iya, Rafi itu suka banget ngegoda cewek-cewek dengan kalimat manisnya yang padahal menurut Anya itu menggelikan dan sama sekali tidak romantis.
"Jay, ini si Windy gak dateng lagi?" tanya Anya setelah menghitung jumlah mereka saat ini yang ternyata kurang satu orang. Kalau diingat-ingat, sudah seminggu ini Windy menghilang.
Jaya mendengus, wajahnya seketika terlihat murung. "Marahan lagi ya kalian?" tebak Anya dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Jaya.
"Kali ini soal apa lagi?" tanya Gigi sambil ikut duduk melantai di samping July.
"Biasalah, masalah nikah." jawab Jaya, lalu mengambil kotak rokok dan membukanya. Satu batang putih itu terselip diantara bibirnya.
"Lo sebenernya serius gak sih sama Windy?" tanya Rafi.
"Ya serius. Gue bahkan udah cicilan rumah, tapi si Windy belum tau."
"Kenapa lo gak kasih tau?"
"Lo tau Windy gimana kan? Dia mana mikir soal rumah, menurut dia uang bisa dicari sama-sama. Tapi gue sebagai laki-laki punya harga diri, pengen gue bahagiain pasangan gue. Mana mau gue lihat orang yang gue cintai hidup susah."
Anya mengangguk. Dia hafal betul bagaimana karakter Windy itu. Gadis yang sederhana dan bertekat kuat. Sekalipun Windy bisa diajak hidup susah, Jaya sama sekali tidak mau melakukan hal itu. Jaya ini tipe lelaki idaman sekali kan?
"Mau minum gak?" tanya July sambil menyikut perut Jaya yang duduk di sebelahnya.
Jaya meringis pelan, "Ya boleh. Lo punya apa?"
"Gak ada vodka ya!" Anya menatap galak ke arah July dan Jaya secara bergantian.
"Anggur merah aja dehhh, ada Baginda Ratu. Gak boleh macem-macem." kata July dengan nada merajuknya.
Anya mendecak lalu beranjak mendekati Gigi dan duduk di sampingnya. "Ikutan minum, Gi?"
"Boleh, toh besok hari libur hihi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Hi, Anya!
Romance[complete ; mature content] Kata orang hidup itu seperti roda yang berputar, kadang kita diatas dan kadang kita dibawah. Kadang kita merasa bahagia, dan kadang kita merasa sedih. Kata ibu, hidup itu dijalani dengan penuh rasa syukur. Apapun yang te...