Pukul lima dini hari, Anya terbangun dari tidur nyenyaknya. Membuka kedua mata, Anya langsung beranjak bangun dan berlari menuju kamar mandi.
Perutnya terasa mual, kepalanya pusing dan sialnya tak ada yang keluar dari mulutnya selain salivanya sendiri. Seketika tubuh Anya terasa lemas. Setelah membasuh bibirnya dengan air, ia lantas jatuh terduduk di lantai kamar mandi.
Sudah dua hari ini Anya selalu terbangun dengan rasa mual yang luar biasa. Isi perutnya terasa bergejolak dan meminta untuk dikeluarkan, tapi tak ada apapun yang keluar. Dan rasa mualnya tak kunjung menghilang walaupun Anya sudah berusaha memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Nya, lo muntah?"
Alva menerobos masuk ke dalam kamar mandi, berjongkok di samping Anya dan merangkul tubuh wanita itu dengan lembut.
"Udah gak papa?"
"Gue mual banget."
"Keluarin aja daripada ditahan. Pusing gak?"
"Iya rasa pusi—"
Anya tak menyelesaikan kalimatnya. Ia kembali menumpukan tubuhnya pada closet dan membuat gerakan ingin muntah.
Alva segera membantu Anya dan menahan rambut panjangnya agar tak terkena muntahan.
Ketika Anya selesai dengan muntahannya, Alva menekan tombol flush, lalu membantu Anya bangkit dan memberikan tissue.
"Lo kenapa? Mual karena telat makan?"
Anya menggeleng. "Kan semalem kita udah makan banyak banget."
"Iya juga."
"Ciri-ciri hamil gak sih?"
"Hah?" Alva kaget, kedua matanya melebar sempurna memandang Anya yang hanya mendengus malas di hadapannya.
"Nyaaa, gue emang suka sama lo. Gue mau nikah sama lo. Tapi kalau harus married by accident, gue gak mau ah!"
"Lo ngomong apa sih?" ujar Anya sedikit ngegas.
"Jangan-jangan selama ini lo susah dihubungin karena stress atas kehamilan lo? Lo udah periksa belum? Mau gue anter ke dokter?" tanya Alva tanpa jeda dengan ekspresi panik yang tergambar jelas di wajahnya.
Anya menatap Alva dengan pandangan kosong, lalu menghela napas berat sambil melangkah keluar dari kamar mandi.
"Lo gak usah panik Vaa. Kalaupun gue hamil, itu bukan anak lo kok."
"Jadi lo ada main sama cowok lain?" tanya Alva sambil menyusul Anya ke ruang tengah.
Anya merotasi bola matanya dengan malas. "Terus karena gue pertama kali ngelakuinnya sama lo, gue gak boleh main sama yang lain?" sindirnya.
Alva mendengus. "Ya bukan begitu maksud gue, kan gue cuma nanya."
"Anterin gue ke dokter ayok. Gue mau periksa, takut kalau beneran hamil."
"Ya udah ayok."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Hi, Anya!
Romance[complete ; mature content] Kata orang hidup itu seperti roda yang berputar, kadang kita diatas dan kadang kita dibawah. Kadang kita merasa bahagia, dan kadang kita merasa sedih. Kata ibu, hidup itu dijalani dengan penuh rasa syukur. Apapun yang te...