19 - Kaget!

281 64 43
                                    

Minggu pagi. Entah karena ingat hari ini dirinya libur, makannya Anya memilih untuk tetap tidur sampai siang. Atau karena pelukan nyaman yang ia terima semalaman? Sehingga Anya enggan untuk membuka kedua mata indahnya dan malah menyembunyikan wajahnya pada dada bidang di depannya.

July dan Gigi yang bangun lebih dulu pagi ini, pasangan itu dibuat kaget setengah mati melihat Anya yang tidur berpelukan dengan Jaya.

July ingat betul bahwa semalam hanya mereka berdua yang sadar dan tidak mabuk, lalu kenapa malah mereka yang terlihat seperti orang mabuk? Oh, dimabuk cinta mungkin ya?

Buru-buru July mengenyahkan pikiran sintingnya itu. Ia jelas tau bahwa Jaya cinta mati pada kekasihnya, si gadis berponi dengan wajah kebule-bulean itu. Masa iya, Jaya mau main api dengan sahabatnya sendiri? Oke, Anya memang cantik. Tapi tetap saja, rasanya ini tidak benar.

Gigi menghela napas, lalu pergi menuju dapur untuk merebus air dan membuatkan semua orang teh hangat. July juga tak ingin ambil pusing, memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alamnya. Biarlah teman-temannya beristirahat lebih lama lagi.

Rafi meleguh sambil mengusap-usap kedua lengannya, hawa dingin seakan menusuk kulitnya pagi ini. Pemuda itu membuka mata, melirik ke lantai dibawahnya dimana terdapat seogok selimut yang menutupi tubuh Saga dan Alva. Tanpa pikir panjang, ia menarik selimut itu dan menyelimuti tubuhnya sendiri lalu kembali tidur. Mengabaikan suara ribut dari arah dapur, apa pedulinya? Ia kan tamu.

PRANGG

Saga membuka matanya mendengar suara dentingan keras barusan. Pandangan pertamanya adalah wajah Alva yang masih terlelap menghadap ke arahnya. Saga mengernyit, berusaha mengingat kenapa ia dan Alva bisa tidur bersama seperti ini.

"Ah sial!" maki Saga sambil memijit pangkal hidungnya. Rasa pusing langsung menyerangnya saat ia mencoba beranjak duduk. Kembali berbaring, Saga merasa sesuatu yang berat menimpa perutnya. Itu tangan Alva.

Jangan bilang, bahwa pemuda itu semalaman memeluknya? Ugh! Menggelikan.

Buru-buru Saga membuang tangan Alva dari atas perutnya. Ia ini lelaki normal!

Saga menoleh ke sisi sebelahnya, dan alangkah terkejutnya ketika mendapati gadis pujaannya tidur bersama laki-laki lain.

Saga langsung bangun terduduk, kedua netra kecilnya langsung melebar saat melihat lelaki yang tengah berpelukan dengan Anya adalah Jaya, bukan Rafi.

Saga menghela napas lega, ia pikir tangan yang melingkari tubuh Anya adalah tangan Rafi. Semenjak Anya mengajak Rafi berkencan, diam-diam Saga mencatat nama Rafi sebagai rivalnya —dan juga Alva.

Suara dengkuran menarik atensi Saga, dilihatnya Rafi tidur dengan dengkuran cukup keras di atas sofa. Syukurlah bukan pemuda itu yang tidur bersama Anya. Bisa jantungan Saga jika hal itu terjadi. Kalau Jaya yang tidur bersama Anya, rasanya ia tidak perlu waspada. Pasalnya sahabatnya itu memiliki kekasih dan Saga tau persis bahwa Jaya cinta mati pada Windy. Jadi tak mungkinkan Jaya akan merebut Lavanya?

"Eh, udah bangun Gaa?" suara Gigi menyadarkan Saga dari lamunannya.

Saga tersenyum tipis sambil mengangguk.

Gigi menunduk meletakan nampan bawannya di depan Saga, dan sialnya belahan dada gadis itu terpampang jelas di depan mata Saga. Gigi tak mengenakan dalaman untuk membungkus dadanya, dan lagi kaos yang dikenakannya memiliki potongan leher yang lebar.

Saga spontan terbatuk sambil memalingkan wajahnya. Gigi sendiri memilih duduk di depan pemuda itu yang terlihat mengalihkan pandangan darinya.

"Minum dulu ini." Gigi menyodorkan segelas teh pada Saga dan diterima oleh pemuda itu dengan pandangan menunduk.

✔️ Hi, Anya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang