14 - Ily, but i'm letting go

362 67 17
                                    

Balik ke daerah Malioboro, Anya berserta keluarga Alva masuk ke dalam pasar Beringharjo. Akhir pekan begini keadaan pasar cukup ramai, karena tak hanya wisatawan yang berbelanja kesana, namun warga lokal juga. Itu karena pasar ini tak hanya menjual pernak-pernik oleh-oleh, namun juga menjual berbagai makanan khas Jogja, tentu saja warga lokal ingin menikmatinya.

Puas berkeliling pasar dan mendapatkan banyak barang, semuanya kini merasa lelah. Kebetulan saat ini sudah siang, terlihat dari matahari yang semakin terang dan terasa menyengat. Anya dan Alva berhenti di kedai es kelapa, sedang sang bunda dan Nayara berteduh di tenda es dawet.

"Kenapa ikut minum es kelapa?" tanya Anya setelah melepas dahaganya. Dia heran kenapa Alva lebih memilih menemaninya minum daripada ikut dengan keluarganya.

"Ya masa lo sendirian di sini, kan kasihan dilihatnya," jawabnya santai.

Anya memukul paha pemuda itu dengan gemas. Alva tak protes dan memilih kembali menyedot minumannya.

"Bang Alva, makan yuk! Terakhir ini kulineran di sini." Nayara datang mendekat dan duduk di dekat Anya. "Kak Anya pasti laper juga 'kan?" tanya Nayara sambil memberi kode pada Anya agar mengiyakan pertanyaannya.

"Iya. Mumpung di Malioboro, wajib banget kulineran."

"Nah, Kak Anya emang pengertian."

"Ck. Yang Kakak kamu itu, Abang atau Kak Anya?"

"Kalau kalian berdua bisa jadi Kakak dan Kakak ipar, kenapa enggak?"

Anya terbatuk, sedang Alva mendengus malas mendengar ucapan adiknya itu. Alva memang tertarik pada Anya, tapi sepertinya hal itu tidak dirasakan oleh Anya.

Melihat reaksi Anya yang salah tingkah, Nayara tersenyum geli. Gadis muda itu meraih tangan Anya dan menariknya berdiri. "Ayok Kak!" ajaknya memaksa.

Anya hanya bisa pasrah kemana gadis muda itu menariknya pergi, sedang Alva segera membayar minuman mereka dan menyusul keduanya.

Memasuki rumah makan bergaya tradisional khas Jogja, Nayara dan Anya tak henti-hentinya berbisik mengagumi arsitektur bangunan. Material atap bangunan ini terbuat dari bahan sirap atau genting tanah. Adapun untuk tiang dan dinding rumah makan ini disusun dari kayu-kayu yang berkualitas. Dimana tiangnya dicat berwarna hijau gelap. Sementara lantainya terbuat dari bahan marmer dan dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya. Asli, bangunan ini bagus banget dan nyaman.

Di halaman depan terdapat banyak tanaman hijau dan beberapa rumah-rumahan burung. Ada juga kolam ikan dan air mancur kecil yang didatangi oleh anak-anak kecil pengunjung. Rumah makan ini banyak dikunjungin keluarga daripada pasangan muda-mudi.

"Bener-bener bagus. Ara pikir cuma bagus di foto doang, ternyata emang sebagus ini tempatnya eyyy!" Nayara bersuara lagi, mengungkapkan betapa senangnya ia bisa berkunjung ke sini.

Alva hanya tersenyum gemas melihat tingkah adiknya itu. Syukurlah jika Nayara merasa bahagia diliburan singkatnya ini.

"Raaa bentar ya, Kakak mau ke kamar kecil." pamit Anya sambil tersenyum kalem pada Bunda Alva yang sedari tadi menjadi pendengar setia ocehan dirinya dan Nayara.

"Mau Ara temenin Kak?" tawar Nayara.

"Enggak. Kamu di sini aja."

"Oh oke, Kak."

Anya beranjak berdiri, berlalu pergi meninggalkan ketiganya yang menatap kepergian dirinya.

"Anaknya baik ya, Bang." buka sang bunda sambil tersenyum penuh arti pada Alva.

"Iya. Anya itu sederhana dan pemberani."

"Bang Alva naksir ya sama Kak Anya?" tanya Nayara sambil senyum-senyum menggoda dan menaik turunkan alisnya.

✔️ Hi, Anya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang