21 - Nununana

459 47 31
                                    

"Boss," panggil Jeno sambil melangkah masuk ke dalam ruang kerja Alva.

"Ya?"

Jeno duduk di hadapan Alva. "Kan kita menang tender nih."

"Terus?"

"Party hayuk!"

"Mau apa?" tanya Alva santai sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya.

"Night club, kangen ini dibelai-belai." Jeno menunjuk ke bawah. Tanpa melihat pun, Alva sudah tau apa yang ditunjuk oleh Jeno —senjata untuk berperang di atas ranjang.

"Boleh, sama anak-anak yang pegang proyek aja ya? Kalau sekantor habis duit gue!"

"Ya dong! Kalau proyeknya cair nanti baru deh sekantoran party."

"Oke. Mau kapan?"

"Malam ini dong boss!"

Alva mengangguk mengiyakan keinginan bawahannya itu. Sekali-kali memberi hiburan untuk pekerjanya yang sudah bekerja keras, bukan masalah kan? Alva juga tak akan jatuh miskin hanya karena menteraktir segelintir manusia yang sudah mengabdi pada perusahaannya itu.

"Yes! Ya udah, gue kasih tau anak-anak dulu. Ke club biasa aja ya?"

"Yaaaa!"

"Sip. Bye boss!" Jeno beranjak pergi meninggalkan ruang kerja Alva.

Alva itu tipe boss yang santai. Tidak banyak aturan ataupun keinginan, yang penting hasil kerja bawahannya beres dan sesuai tegat waktu. Mau itu kerjaannya sempurna atau enggak, terserah, yang penting dikerjain. Makannya, tak heran melihat Alva bicara dengan bawahannya sesantai gue-lo.

Alva meraih ponselnya di atas meja. Benda itu tak menunjukan tanda-tanda kehidupan sejak pagi tadi saat ia selesai mengirim pesan pada Anya. Lagi-lagi Anya menghindarinya? Asli, Alva itu paham banget gimana pola pikir wanita karena selama ini ia hanya hidup bersama para wanita —ibu dan adiknya. Tapi khusus untuk Lavanya, Alva tak bisa memahaminya.

Nayara saat ditolak oleh cinta pertamanya di sekolah menengah pertama, mengalami patah hati. Tapi patah hatinya tak seperti Lavanya. Adiknya itu hanya menangis di dalam kamar dan tak selera untuk makan selama beberapa hari sampai perasaannya membaik. Sedangkan Anya? Perempuan itu malah mencoba hal gila dalam hidupnya, mengatakan bahwa seks tidak penting dan berdalih ingin keluar dari zona nyamannya.

Oke, memang pengalaman Anya dan Nayara berbeda, patah hati ditolak dan patah hati ditinggal menikah pasti rasanya berbeda. Dan yeah! Alva tidak tau bagaimana rasanya ditolak ataupun ditinggal menikah. Sialnya Alva malah tertarik pada Lavanya, entah pelet apa yang digunakan oleh perempuan itu untuk memikatnya.

Alva menghela napas lelah sambil melempar ponselnya kembali ke atas meja. Tak peduli jika ponselnya itu bisa saja rusak ataupun pecah karena lemparannya yang lumayan keras. Alva bisa membeli lagi ponsel baru bahkan yang lebih mahal. Sultan memang beda!

 Sultan memang beda!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔️ Hi, Anya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang