S : Sick

923 127 6
                                    

Sampai mana Jaehyun akan melukis kata sabar atas segala gambaran tindakan Taeyeon, perempuan itu jauh lebih kejam dari iblis ataupun Hades. "Akan kubunuh dia jika bukan ibuku!"

Pria itu mengacak kesal air mukanya, bahkan puluhan obat tidak bisa membawanya kabur dari tuntutan kerja Taeyeon. Andai ... andai saja dia punya Alexa, segalanya pasti akan lebih indah.

Bayangkan saja jika Jaehyun menggapai gadis itu setelah lelah, pasti bahagia akan segera mengunjunginya. "Sia-sia aku membunuh Ayahnya!"

Pertanyaan besar itu semakin timbul hari demi hari, apakah benar gadis kesayangannya masih ada di tangan Taeyeon? Mengingat ibunya jelmaan setan, Jaehyun khawatir itu hanya tipuan belaka. Kalaupun Alexa masih disana, apakah dia berada dalam keadaan baik?

Pertanyaan itu membuat kepalanya berat. Jaehyun putuskan istirahat sebentar, menarik napas dalam. Menyelehkan pucuk kepalanya pada sebuah kursi kerja. Sudah tengah malam, tapi dia harus setia di dalam ruang menyesakkan ini. Yah, mungkin sampai ajalnya nanti dia tetap akan menjadi tikus suruhan Taeyeon.

Seperkian detik kesunyian menyambanginya sampai panggilan telpon menyumbang bising kepala Jaehyun.

Tangan keras itu menangkap kasar sebuah telpon kabel dari meja kerjanya. "Masuk saja."

Lelaki dengan kulit putih itu merapikan kemeja yang sudah lusuh dari pagi. Ia sendetkan punggung nyaman kembali ke kursinya. Dia bersiap mendengarkan kabar dari tangan kanan barunya.

Tak lama. Seorang Japan datang mendekat. "Selamat pagi tuan."

"Jangan basa-basi!" begitulah Jaehyun.

Shotaro mengangguk. Merasa paham dengan sifat temperamen tuannya.

Jaehyun sendiri mengutus Shotaro untuk mengusut kasus penyerangan markas. Markas dengan puluhan penjaga bersenjata lengkap dan super rahasia bisa di lacak oleh putra keluarga Ruby? Mustahil. Jaehyunpun yakin jikalau ada yang membobol markas, harusnya mereka berasal dari badan intel negara Jepang. Ia tak pernah menyangka bahwa kekuatan rival KIMS bisa sekuat ini.

"Katakan," tekannya mengetuk meja dengan tatapan tajam kepada Shotaro.

"Ada yang berkhianat tuan. Malam itu tidak ada penjagaan sama sekali."

BRAKK

"Mworago!!?"

"Penjagaan gerbang utama kosong. Sedangkan menurut pengakuan sandra─mantan penjaga markas, dia bilang bahwa mereka baku tembak dengan penjaga markas kita sendiri sebelum beberapa penjaga dengan lambang Rubyns datang menyerang."

Jaehyun mengepal. Apa ini sungguh? Sudah ia duga tak mungkin Rubyns bisa menyerang markas utama Jepang!

"Apa aku harus memerintahkan mu untuk memenggal setiap yang berkhianat!?" ucapnya meninggi mengambil sikap berdiri. Jaehyun murka, tentu.

"Saya sudah memastikan tujuh puluh penjaga serta agen, bahkan pedagang yang bekerja sama dengan KIMS berpihak murni kepada tuan Jaehyun. Saya menyandra lima belas penjaga yang mencurigakan. Tapi saya mohon maaf tuan, saksi yang kami tahan demi pengakuan telah mati, bunuh diri."

Jaehyun mendekat pada Shotaro dan memukul tulang pipinya. "YAK!!! Kenapa dia bisa bunuh diri!? APA KAU BODOH?!! Bagaimana cara kerjamu!!!?"

Shotaro menundukan diri. "Maaf tuan. Saya tidak bisa menahannya. Karena dia membawa bom. Karena itu kita juga kehilangan dua penjaga."

Jaehyun bernafas jengah. Tuhan!!! Kenapa kau menambah kerjaannya!

Lelaki itu pening mendadak. Ia kembali ke mejanya. Memejam sebentar untuk menetralkan otak. Apa yang terjadi membuatnya gila. Pengkhianatan?! Ah apa jadinya mulut Taeyeon kalau mendengar ini.

The Mansion : KJSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang