dua

3.3K 467 58
                                    

Setelah berhasil menarik paksa Olivia dengan sekuat tenaga, kini Sean dan Olivia berada di dekat gudang Kampus yang sepi—jarang didatangi oleh orang-orang selain petugas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berhasil menarik paksa Olivia dengan sekuat tenaga, kini Sean dan Olivia berada di dekat gudang Kampus yang sepi—jarang didatangi oleh orang-orang selain petugas. Bukan tanpa alasan Sean pergi membawa Olivia ke sini. Ia bertujuan agar tidak ada yang melihat dirinya berbincang dengan gadis sinting di hadapannya. Serta ingin membuat Olivia merasa ketakutan dan berpikir aneh-aneh tentang Sean. Jika itu terjadi, maka Olivia akan membenci Sean. Dan Sean akan hidup te—

"Astaga, sayang.. kamu ngapain bawa aku ke gudang?"

—nang.

Melihat ekspresi Olivia yang sama sekali tidak ketakutan dan malah kesenangan karena tangannya masih dipegang oleh Sean—segera pemuda itu lepaskan—membuat Sean tak yakin kalau Olivia adalah manusia. Baru kali ini, Sean menemukan gadis yang tak cemas ketika dibawa ke tempat sepi. Terlebih lagi, hanya berdua. Dengan lawan jenis. Sean tak habis pikir dengan Olivia. Bagaimana jika dirinya ini merupakan orang yang jahat, dan ingin menculik Olivia. Tapi Olivia sendiri malah biasa-biasa saja?

Benar-benar gadis aneh.

"Kalo mau berduaan, ngomong dong. Tapi jangan di gudang juga.. kaya yang ga ada tempat lebih bagus aja." bibir Olivia melengkung ke bawah, merasa senang dan kecewa di saat bersamaan.

Sean mengangkat alisnya. Olivia ini percaya diri sekali—tolong mengaca Tuan Agrata—siapa juga yang ingin berduaan dengan gadis ini? Sean memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Sedikit merendahkan diri guna menatap Olivia secara lamat-lamat, dan tentu saja Olivia gugup tak karuan ditatap sedekat itu. Mengetahui bahwa Olivia akan salting sebentar lagi, Sean melepaskan tawanya di udara. "Pft.. apaan dah, ngawur. Yang mau berduaan sama lo juga siapa, coba?"

"Kamu, lah. Siapa lagi? Masa setan?" jawab Olivia dengan enteng.

Terserah.

Sean tidak tahu harus bagaimana lagi menanggapinya.

Sebenarnya, Sean tak mempermasalahkan apa yang telah dilakukan oleh Olivia pada dirinya. Sean hanya ingin menyadarkan Olivia dengan kenyataan, bahwa Sean tidak akan pernah menyukai Olivia—gadis yang mengejarnya selama dua tahun ini. Karena.. entahlah. Menurutnya, Olivia bukan orang yang baik-baik. Dilihat dari bagaimana cara Olivia mencari perhatian dengan mematikan mesin air Apartemen Sean yang termasuk perbuatan tidak sopan.

Sean tak begitu menginginkan permintaan maaf dari Olivia sih, ia tanpa mandi pun sudah sangat tampan. Apalagi mandi..

"Kok diem? Jadi kamu beneran pengen berduaan sama aku?" senyum Olivia terbit, kemudian gadis itu berloncat-loncat seperti anak kecil yang baru dibelikan sebuah permen. Padahal, Sean sama sekali tak memberi jawaban pada pertanyaan yang Olivia berikan. Tetapi, kenapa gadis itu terlihat senang sekali?

Apa Olivia baru saja menganggap diamnya Sean sebagai jawaban iya?

Pemuda itu menghela napas. "Denger, ya. Ga usah halu jadi cewek. Mending bersihin gudang, sana. Kasian kayaknya gudang udah berdebu gara-gara lo. Daripada halu mulu, ya kan? Ga ada gunanya tau ga?" Sean menjeda ucapannya karena dirinya membutuhkan pasokan angin untuk menjelaskan. "Gue dari tadi diem, ga ngomong apa-apa. Engga nge-iyain kalo gue mau berduaan sama lo di depan gudang gini. Jadi, ga usah ngaco."

𝐋𝐎𝐂𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang