dua empat

1.8K 264 131
                                    

"Loh, Saga?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh, Saga?!"

"Kenapa, Jane? Kok kaya yang kaget gitu?" tanya Saga. Pemuda itu adalah tetangga sekaligus teman Jane dulu. Jane hanya tak menyangka jika ia akan kembali bertemu dengan Saga di satu Kampus yang sama—setelah berpisah selama lima tahun saat keduanya baru menginjak SMA. Namun, Saga sendiri malah pindah kota, dan tak dapat dihubungi lagi. Jadi wajar saja Jane terkejut.

Jane memukul bahu Saga pelan. "Ya jelas kaget, lah! Gimana, sih? Ngilang lima taun tiba-tiba muncul, di sini lagi.. udah kayak setan tau ga?"

"Mana ada setan ganteng begini,"

"Ganteng darimana-nya, orang masih dekil kalo gue liat-liat." balas Jane pada Saga. Ia tak serius ketika mengatakannya. Lagipula kulit Saga itu putih dan pucat, bagaimana bisa menjadi dekil? Itu sebuah fenomena keren jika benar-benar terjadi. Saga pun lebih memilih menghela napas. Jane lalu melanjutkan, "By the way, lo ngapain di sini bareng Niki? Temenan?"

"Iya, temen sekelas gue dia. Gue itu baru banget pindah dari Kampus Callous, tau kan? Yang ada di sebelah barat," tangan Saga ikut bergerak ke arah kanan untuk memperjelas.

"O-oh, gue tau. Tapi, apa alasannya?"

"Bosen, di Callous gue dikejar-kejar cewek gila mulu. Udah gitu, gue ga bisa tidur di kelas—padahal kan, orang kalo ngantuk itu ga bisa ditahan, ga punya solusi buat ngilanginnya selain ditidurin. Males dah pokoknya, dosennya pada ga pengertian. Gue aja merem bentar, langsung di pukul pake penggaris. Kan ga banget," cibirnya panjang lebar pada Jane.

Jane menggelengkan kepala. "Bukannya ga pengertian, itu lo nya aja yang ngelunjak. Tidur di kelasnya tiap hari, tiap jam. Siapa coba yang ga marah?"

"Hehehe, Bunda gue ga marah tuh."

"Karena Bunda lo itu terlalu baik, jadi dia ga pernah marah sama kebiasaan buruk lo. Udah kebal," ujar Jane diiringi dengan kekehan ringan membuat Saga berdecak. Tapi, yang dikatakan Jane bukanlah suatu kebohongan—karena memang benar jika Ibu Saga adalah pribadi yang baik. Jane kembali bertanya, "Kabar Bunda sekarang, gimana? Udah lama gue ga ketemu,"

"Makin keriput, tapi tetep sehat dong! Dia kangen banget sama lo, serius. Lo sendiri, mau ikut gue ke rumah, ga?" tawar Saga yang dibalas anggukan kepala oleh Jane.

"Bo—eh, tapi Niki juga mau nebeng lo, ya?"

Niki yang sedari tadi diam menyimak pun spontan menoleh pada Jane. Pemuda itu segera menggeleng sebagai jawaban. "Ga, lah. Gue ada kerja kelompok habis ini, ya kali ikut nebeng ke Saga. Lagian nih, gue harusnya pergi bareng Oliv, temen lo Jane. Tapi dia malah transfer uang ke gue dan milih pergi sama Sean."

𝐋𝐎𝐂𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang