ending

2.7K 236 79
                                    

vote & komennya ya! terakhiran nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vote & komennya ya! terakhiran nih..

•••

Saat ini, Anne tengah duduk di suatu kafe, sendirian. Ia memang butuh waktu untuk sendiri—terlebih lagi hari pernikahannya sudah dekat. Segelas kopi panas berada di kepalan tangannya. Mengesapnya sesekali dengan perasaan yang masih sangat berat. Ya berat untuk meninggalkan Bryan, dan ketiga temannya secepat yang ini. Seperti Anne masih belum sepenuhnya menerima kenyataan..

Kalau saja bisnis itu tidak ada, kalau saja Bryan menyatakan perasaannya lebih cepat, kalau saja orangtuanya mengerti..

Mungkin Anne tidak akan seperti ini.

Ting!

"Hah?"

Pesan dari Mamanya ini membuat Anne terkejut setengah mati. Ia bahkan ragu jika yang mengirimi pesannya ini adalah sang Ibu. Gadis itu berkali-kali menekan profil kontak Ibunya untuk memastikan bahwa yang mengirim pesan padanya bukanlah orang asing. Bukannya apa-apa, ia hanya merasa heran kenapa perjodohannnya dengan Harsa tiba-tiba batal begitu saja.

Anne lantas menekan tombol telepon pada kontak sang Ibu, kemudian menempelkan ponselnya tepat di sebelah telinganya. Ia menggigit jari-jarinya panik.

"Angkat dong, Ma.."

Beberapa detik kemudian, telepon Anne pun diangkat. Anne menarik napasnya dalam-dalam, sebelum berkata. "Ma, kok perjodohan Anne sama Harsa tiba-tiba batal gitu aja? Bisnis Papa emang ga jadi, atau gimana, sih? Bukannya udah sebar undangan? Udah diumumin juga kan ke media.."

"Banyak nanya, kamu! Perjodohan kamu sama Harsa itu batal, karena kamu mau di jodohin sama orang lain." jawab Mama di sebrang sana, yang mana membuat Anne terkejut.

"H-hah? Sama orang lain?"

"Iya."

"Mama ini apa-apaan, sih? Maaf Ma, tapi Anne nolak buat kali ini. Anne ga tau siapa orang lain yang bakal dijodohin sama aku nanti—masih mending Harsa, Anne kenal sama dia. Lah ini? Ma denger, ya.. Anne ga pernah minta apa-apa sama Mama, kecuali ini.. Anne mohon," ujar Anne panik sekali sebab ia benar-benar takut dengan orang baru ini.

Benar-benar tak bisa Anne bayangkan jika orang itu lebih tua darinya—atau bahkan tak baik. Sampai akhirnya..

"Yakin ga mau dijodohin sama aku?"

Deg.

Anne menoleh ke belakang dengan cepat. Ia membulatkan matanya terkejut ketika melihat Bryan tengah berdiri membawa sebucket bunga mawar merah di tangan pemuda itu—dengan memakai baju putih yang dibalut jas hitam. Yang mana terlihat sangat tampan dan lebih dewasa. Anne pun sampai tak sadar dirinya menganga.

"E-ethan.. kamu kok di.. di sini? Ngapain.. rapi-rapi gitu.." Anne tersenyum kikuk, ia segera mematikan teleponnya dengan Ibu. Anne hanya tak ingin Ibunya tahu jika ia tengah bertemu dengan Bryan.

𝐋𝐎𝐂𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang