dua delapan

2.7K 298 132
                                    

lupa up hehehe maaf ya, satu chapter lagi menuju ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lupa up hehehe maaf ya, satu chapter lagi menuju ending. happy reading!!

•••

Dan kalian tahu apa yang Bryan lakukan?

Pemuda itu datang ke rumahnya—untuk menemui sang Ayah. Ia memiliki rencana untuk membatalkan pernikahan Anne dengan Harsa. Karena sampai kapan pun Bryan tidak akan rela jika Anne dimiliki oleh orang lain selain dirinya. Terlebih lagi, terdapat rasa penyesalan di dalam diri Bryan. Ia telat menyadari perasaan sebenernya pada Anne.

Namun, Bryan tak pantang menyerah. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan Anne kembali meski pun rasanya sangat sulit.

Tok! Tok! Tok!

"Ayah! Ayah ada di dalem?"

"Ada, masuk aja!" teriak Ayahnya di dalam ruangan—tempat kerjanya di rumah. Lalu Bryan pun memutar knop pintu, sebelum melangkah masuk. Ia dapat melihat sang Ayah sedang berkutat dengan ponselnya sambil terkekeh. Entah apa yang dia lihat, Bryan tak tahu. Ia menutup kembali pintu, kemudian melangkah menghampiri sang Ayah.

Bryan berdiri di depan meja, sementara Ayah Bryan masih fokus dengan ponsel. "Kenapa, Yan? Tumben banget pulang, pasti mau minta uang ya?"

"Bukan, Yah. Bryan mau minta nikah."

"Nikah sama cewek yang mana? Emang kamu udah bisa ngasilin uang?" Ayahnya menatap Bryan dengan tatapan intimidasi. Pertanyaan yang dikeluarkan benar-benar sukses membungkam mulut Bryan. Ia tak mengerti kenapa dirinya memiliki seorang Ayah yang sering meledeknya. Padahal, sifat buayanya ini turun dari Ayah juga.

"Sama Anne.. si menantu idaman Ayah," balas Bryan dengan malas. Ia jelas ingat jika Ayahnya ini lebih menyukai Anne dibanding dengan mantan pacarnya.

"A-ah, kalo sama Anne mah ga usah tanya Ayah. Tinggal nikah,"

"Ya kalo segampang itu, Bryan juga udah nikahin Anne dari kemarin kali. Tapi ini masalahnya, Anne-nya mau nikah sama orang lain, Yah. Mereka berdua dijodohin karena bisnis. Anne itu udah nolak, tapi Mama-nya maksa-maksa terus. Kasian calon istri Bryan.." ucap Bryan dengan wajah memelas, tak semangat.

"Berarti Anne bukan jodoh kamu. Sayang banget, ya. Padahal dia anak baik loh.." Ayah Bryan menggeleng-gelengkan kepala takjub karena di masa modern seperti ini masih ada perjodohan.

"Makanya itu Yah, bantuin.."

"Bantuin, apa? Ikut campur bisnis mereka, terus kalahin orangtuanya laki-laki yang mau dijodohin sama Anne, biar Anne-nya dijodohin sama Bryan, gitu? Ga dulu. Ayah sibuk," tertebak sudah rencana Bryan. Ini memang di luar nalar, namun tak ada lagi jalan selain ini. Bryan juga tahu kalau sang Ayah hebat bersaing dalam bisnis.

"Ayah.. ayolah, sekali ini doang kok. Udah ini Bryan ga akan minta aneh-aneh lagi." bujuknya dengan melipat kedua tangan di depan dada.

"Minta yang lain aj—"

𝐋𝐎𝐂𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang