tiga

2.5K 413 59
                                    

"Muka lo merah gitu, kenapa? Make up lo kebanyakan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Muka lo merah gitu, kenapa? Make up lo kebanyakan?"

Pertanyaan Olivia hanya dibalas desisan sebal oleh Jane. Mereka berempat kini berada di balkon Apartemen, duduk di lantai secara berurutan sambil menatap cahaya rembulan malam yang indah. Hal seperti ini memang jarang sekali mereka lakukan, karena mereka akan keluar balkon ketika bulan memang sedang terlihat jelas dan bagus seperti sekarang. Namun jika tidak, mereka akan memilih untuk berdiam menonton film di dalam Apartemen.

Anne spontan menoleh pada Jane. Sebab dirinya tahu kalau muka memerah Jane bukan karena make up. Melainkan karena sesuatu. "Jane, what's happen?"

Jane menghela napas. "Gue kesel banget, sama Varrel. Lo semua tau kan, gue mau pergi kencan hari ini sama dia. Terus, nih, gue udah dandan—pake baju rapi siap pergi. Tapi Varrel malah chat gue, gue kira dia udah ada di depan Apartemen, taunya bukan. Varrel bilang dia tiba-tiba ada urusan penting. Dan Varrel sama sekali ga ngasih tau gue apa urusan itu, padahal biasanya Varrel ngasih tau biar gue ga mikir aneh-aneh. Tau, ah! Kesel banget!"

"Ruby jangan marah-marah.. nanti engkau lekas tua~"

"Berisik! Gue bukan Dinda!" tegas Jane dengan keras yang dibalas kekehan oleh Olivia. "Astaga, Jane.. galak amat."

"Positif thinking, Jane. Bisa aja Varrel emang beneran ada urusan mendadak, makanya dia sampe berani batalin acara kencan." Anne berusaha meyakinkan Jane agar gadis itu tidak berpikir kemana-mana dan berakhir begadang semalaman. Meski dirinya tak yakin jika Varrel benar-benar ada urusan mendadak. Kemudian Anne melanjutkan, "Mungkin.. ini menyangkut tentang keluarganya? Jadi Varrel terpaksa ngebatalin acara kalian berd—"

"Engga, Anne! Gue deket banget sama keluarganya, jadi kalo mereka lagi ada apa-apa pasti bilang ke gue." sangkalnya memotong kalimat Anne.

Di sebelah Anne, Laura memutar bola matanya malas. Masalah percintaan sahabatnya ini sungguh memusingkan dirinya. Padahal Laura hanya menjadi pihak mendengarkan, tetapi dirinya juga ikut dipusingkan. Ia berkata, "Udahlah Jane, jangan terlalu dipikirin. Daripada lu stres terus masuk Rumah Sakit Jiwa, tinggal tanya aja langsung ke Varrel apa susahnya? Kalo dia ga jujur, lo tabokin aja pipinya sampe merah, udah paling bener deh."

"Laura ngeri juga.."

"Biasa aja, kali. Ga usah alay," ucap Laura membalas kalimat Olivia yang terdengar tidak jelas di telinganya. Sementara itu, Olivia mendengus kesal. "Yaelah, lo kalo pengen gue siram pake air garam ga usah ngode-ngode, bilang langsung sini."

"Dih, siapa juga yang ngode?" tanya Laura dengan nada ketus. Tak terima dirinya disebut mengkode Olivia. Di sampingnya, Anne hanya terkekeh kecil. Dua orang ini memang sering sekali beragumen. Namun, di sisi lain, mereka berdua juga saling menyayangi. Hanya saja, dengan cara yang berbeda. Anne kemudian berdeham saat teringat sesuatu. "Oh, iya, Anne lupa. Tadi, Laura pergi ke kantin sendirian, ya? Maaf ga bisa nemenin.. Bryan mau curhat, jadi Anne har—"

𝐋𝐎𝐂𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang