empat belas

1.7K 297 165
                                    

"Aku ga mau ya, kamu deket-deket lagi sama dia! Tai, tai apa sih siapa namanya, tadi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ga mau ya, kamu deket-deket lagi sama dia! Tai, tai apa sih siapa namanya, tadi?"

"Thalia," jawab Varrel cepat. Ia saat ini sedang diomeli oleh kekasihnya. Karena ketika Thalia datang tadi, bukanlah hal yang menyenangkan bagi Jane. Bahkan setelah Olivia dan Laura keluar dari ruangan, Jane malah memarahi Thalia. Lebih parahnya, Jane hampir menjengut rambut gadis itu kalau saja tidak Varrel ingatkan bahwa Jane baru saja sadar dari komanya. Kondisinya akan turun jika terlalu banyak bertingkah dan emosi.

Jane mengangguk membenarkan. "Nah! Tha—iw, najis nyebut namanya juga. Dia itu tadi so baik sama aku. Padahal aku ga pernah kenal dia, gila aja kali."

"Aku ga main-main sama omonganku, ya, Rel. Kamu sendiri tau aku gimana dari dulu. Aku udah mau jambak dia tadi kalo ga kamu tahan. Dan ya, jangan sampe aku tau kamu minta maaf sama dia gara-gara sarkasan aku kayak dulu-dulu. Kalo kamu masih deket-deket sama cewek tadi, kita putus. Aku serius," jelas Jane panjang lebar membuat Varrel terdiam. Gadis itu tahu akan sifat Varrel yang tidak enakan pada orang-orang terlebih perempuan.

Varrel sendiri tidak tahu harus menjawab apa,

Sebab dirinya memang merasa sulit untuk mengikuti perkataan Jane. Bukannya ia suka dekat-dekat dengan wanita, tetapi sifatnya yang friendly dan tidak enakan membuatnya susah untuk tidak minta maaf.

Ia tidak bisa melarang Jane marah-marah pada Thalia—karena sifat Jane memang seperti itu. Varrel bisa memaklumi sifat itu, tetapi.. bagaimana dengan Jane? Agaknya gadis itu tidak melakukan apa yang seperti Varrel lakukan padanya. Bahkan Jane saat ini lebih terkesan memaksa Varrel untuk mengubah sifat aslinya. Namun, di sisi lain Varrel juga tidak berani menegur Jane, ia sangat sayang pada gadis itu.

Lantas, apa yang harus Varrel lakukan sekarang?

Meminta maaf pada Thalia secara diam-diam tanpa Jane ketahui, atau tetap menuruti perkataan Jane meski hatinya menolak?

"Kamu denger aku ngomong, ga?!" tanya Jane kesal melihat Varrel yang terdiam tak mengiyakan kalimatnya. Dan tentu saja, Varrel tersentak. Pemuda itu menatap Jane lagi seraya membuang napas. "Iya.. denger kok. Jangan galak-galak gitu dong sayang. Soalnya kamu kalo lagi marah, malah lucu, hahaha. Sekarang, makan dulu yuk. Biar cepet sembuh. Aku suapin deh, gimana? Mau ga?"

Jane menyipitkan matanya. Ia menaruh telunjuknya di depan muka Varrel sambil berkata, "Ngalihin topik, ya.."

Iya..

"Engga, cantik. Ga ngalihin topik, kok. Ayo makan!" ajak Varrel sambil mengambil piring yang telah disediakan oleh perawat di atas naskah. Tidak istimewa, sih, hanya bubur biasa dengan taburan bawang goreng dan seledri. Terakhir, ayam yang sudah dipotong menjadi kecil-kecil agar mudah ditelan. Varrel mulai menyendok bubur tersebut secara perlahan. Sengaja tidak mengaduknya, karena Jane tidak suka itu.

Baru saja mau menyuruh Jane membuka mulutnya, namun gadis itu berucap lebih dulu. "Bryan ikut ke sini kan, ya? Aku ada perlu sama dia. Panggilin dong!"

𝐋𝐎𝐂𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang