Btw... Ternyata aku cantik.... Audrey bakal kayak gini kalau udah gede, bedanya rambut Audrey agak keriting, gak kayak mbak Tami diatas.
Oke kalau part sebelumnya Anjani yang garap, sekarang giliran aku yang cerita. Ya walaupun Anjani sangat melebih-lebihkan cerita, tapi aku bakal ceritain apa adanya aja.
Setelah kami transit di Melbourne, kami pun kembali melanjutkan perjalanan ke Welington NZ. Disana sebenarnya bukan sekedar liburan, tapi ikut orang tua untuk bertemu rekan bisnis baru perusahaan Mami. Disana banyak sekali hal yang menakjubkan, first impression kami tentang negara yang paling pertama merayakan tahun baru itu sangat-sangat luar biasa bagus, gak kalah sama negara-negara maju di Eropa. Sistem tata kota yang apik di tambah dengan keramahan penduduk yang membuat siapa aja betah tinggal di sana.
Saat pesawat kami mulai masuk New Zealand, Anjani gak pernah sekali pun memalingkan pandangannya, dia sangat fokos memandangi tanah Kiwi dari atas langit.
" Indahnya.... " Ucap Anjani.
" Ya, tapi Indonesia tetep lebih bagus.... "
" Aku tau, tapi ini pertama kalinya aku liat pemandangan indah di luar Indonesia.... "
" Aku juga, bosen sih kalau setiap liburan ke Singapura, paling jauh juga ke Jepang, tapi sumpah... NZ lebih bagus dari Singapura atau Jepang.... "
" Tam, aku jadi pengen tinggal di sini... Tempatnya indah, ya kayaknya kita bakal bahagia terus kalau tinggal disini.... "
" Aku sih kalau pilih ya, lebih baik tinggal di Bali, di Bali ada pantai, gunung, danau, bahkan persawahan indah... Kalau di sini apa coba... "
" Iya juga sih... Much better tinggal di negeri sendiri.... "
Tak lama kami mendarat, akhirnya kami bisa kembali menginjakkan kaki di tanah setelah ber jam-jam mengudara. Di bandara, kami di jemput menuju hotel tempat kami sekeluarga akan menginap. Rasa penat kami terbayarkan dengan ke indahan kota Welington yang sibuk tapi terlihat sangat friendly. Tak ada macet apalagi pemandangan kumuh yang merusak keindahan kota.
Di hotel, ternyata Papi, Mami, dan Sari ( pacar Timo) sudah terlebih dahulu tiba. Melihat sari ada bersama orangtuaku, Timo langsung sumringah dan langsung memeluk tubuh sari tanpa rasa malu.
" Hey, main peluk aja, mentang-mentang udah lama gak ketemu.... " Ucap papi.
" Hehe... Abis kangen sih Om.... "
" Kangen sih kangen, jaga diri dong... Tuh liat Tama sama Anjani, biasa aja tuh.... "
" Akh mereka memang gitu, pacaran tapi malah kayak temenan...." Mendengar itu aku dan Anjani hanya bisa mengeryitkan kening karena memang pacaran ala kami agak kurang romantis. Entah akunya yang kaku atau gimana. Tapi ya kami tetep menikmati itu.
Karena masih lelah sehabis penerbangan, kami pun beristirahat untuk melemaskan kembali otot-otot yang tegang akibat penerbangan kelas ekonomi dari Indonesia ke NZ. Seperti di Seri Aku, Timo dan teman baru kami, alasan kenapa milih ekonomi class ya karena yang bayar bukan papi, tapi mitra bisnis Mami di NZ. Jadi mesti tau diri lah, masa iya mau minta yang first class, bisa jadi gagal kerjasamanya.
Ketika Papi dan Mami sedang berbisnis, Kami ber empat memilih untuk berjalan-jalan keliling kota Welington. Aku di pinjamkan mobil oleh mitra bisnis Mami karena memang aku punya international Driving license, jadi aman di pake di negara mana aja. Untungnya tipe mengemudi di Indonesia dan negara bekas jajahan Inggris sama-sama stir kanan jadi gak bingung di jalan. Ya beberapa tempat kami kunjungi dan ujung-ujungnya ke mall lagi untuk beli popok asli NZ atau beli stok Goodnites yang gak mungkin ada di Indonesia.
Ketika di mall, kami berpencar. Timo dan sari sementara aku bareng Anjani. Tujuannya kami sama-sama cari tempat yang bagus untuk nongkrong, kalau ada yang oke kami akan kasih tau satu sama lain. Ini jadi kesempatan aku untuk membahagiakan Anjani, tanpa di ganggu Timo dan Pacarnya yang berisik.
" Anjani.... "
" Iya.... Kenapa.... "
" Di Indonesia aku gak pernah memperlakukan kamu secara romantis, nah ini saatnya aku membayar hutangku padamu.... "
" Hutang apa ya.... "
" Mana tanganmu.... " Anjani yang bingung cuma bisa ngikutin apa perintahku, dia menyodorkan tangannya lalu aku meraihnya, aku genggam tangannya dan bergandengan tangan berdua berjalan menyusuri lorong mall yang ramai.
Anjani cuma bisa bengong liat aku memperlakukan dia seperti itu, jarang sekali bahkan gak pernah aku gandeng Tangan dia selama pacaran dan baru kali itu aku menggandeng tangan dia. Aku tau Anjani sangat bahagia aku perlakuan dia seperti pasangan kekasih, bukan seperti teman biasa.
Setelah berjalan cukup jauh, aku menemukan toko perhiasan dan cafe yang letaknya bersebelahan. Aku ajak Anjani untuk pergi ngopi di cafe sekalian makan juga.
" Ada cafe tuh, kita makan yuk.... "
" Oke, Timo sama sari gimana.... " Kata Anjani.
" Ah, mereka udah gede, biarin mereka berduaan dulu... Kita nikmati masa pacaran kita ya... " Mendengar itu Anjani cuma menjawabnya dengan anggukan kepala.
Setelah memesan makanan dan minuman, aku sengaja pergi sebentar untuk membelikan sesuatu untuk Anjani.
" Anjani, aku ke ATM dulu ya, aku lupa ganti dolar, sebentar kok.... " Sekali lagi Anjani hanya menjawab dengan anggukan. Sebenarnya uangku sudah ku ganti dengan NZD, mana bisa aku pakai ATM Indonesia di New Zealand. Kalau kartu debit baru bisa.
Aku pun mengarahkan ke toko perhiasan tadi dan mencoba mencari item yang cocok untuk Anjani. Karena bingung aku mencoba untuk bertanya ke pelayanan toko itu.
" Permisi, aku sedang mencari perhiasan yang cocok untuk pacar saya.... "
" Ouh, disini banyak tuan... Anda ingin yang seperti apa.... "
" Menurut anda bagaimana, apa yang cocok dan sedang trend di sini.... "
" Oh... Mungkin ini saja tuan... Menurut kepercayaan suku Mauri, ketika pria memberikan ini pada pasangannya, maka hubungan mereka akan langgeng.... "
" Oke, aku beli.... " Aku pun membeli apa yang di rekomendasikan pelayan toko itu. Ya harganya sih lumayan, tapi untung saja aku bawa credits Card yang lumayan berguna.
Aku pun kembali ke cafe, dan menemui kembali Anjani yang setia menunggu sampai memainkan hpnya.
" Gak lama kan...."
" Lumayan sih... Ini udah sampe makanannya,kita makan yuk, laper nih.... "
" Aku punya sesuatu untuk kamu.... "
" Apa.... " Tanya anjani bingung.
" Close your eyes.... " Anjani pun memejamkan mata. Aku pun langsung memberikan hadiah itu untuk Anjani.
" Oke open your eyes.... "
" Hah, apa ini... Kalung " Anjani terkejut saat tau di lehernya ada kalung giok hijau khas suku Mauri. Kalung dengan liontin giok hijau berbentuk love dan tali kalung itu terbuat dari perak asli menambah keindahan kalung itu.
" Ini bukan kalung sembarangan.... Suku Mauri percaya kalau aku kasih ini ke kamu, kelak hubungan kita akan langgeng selama-lamanya... Kamu suka kan.... "
" I love you.... "
" I love you more than you know Anjani... "
.
.
.
.
.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Diapers in love
Документальная прозаinilah cerita kami yang di persatuan oleh Popok