Dua bulan kami di tinggal selamanya oleh Timo. Kami memutuskan untuk pindah ke rumahku di Negara Jembrana Bali. Aku mengangkut semua barang, termasuk barang milik Diego, dan Timo termasuk motornya. Total satu truk dan satu pick up untuk mengangkut barang-barang kami.
Disana aku sengaja menyediakan kamar khusus untuk Timo. Aku jadikan itu sebagai bilik kenangan, disana ada barang-barang Timo, foto-fotonya, tulisan tangan, medali basket, dan apapun itu yang berhubungan dengan Timo.
Selama Anjani hamil, aku selalu memainkan beberapa alat musik seperti Biola dan piano, ini dimaksudkan agar memberikan pranatal educational untuk baby kami, agar baby kami bisa memiliki kemampuan atau kecerdasan yang lebih baik.
Musik Mozart, Beethoven, dan kawan-kawan aku mainkan, jujur saja, setiap aku memainkan musik itu, baby kami selalu memberikan respon seperti ada pergerakan di dalam janin Anjani. Selain untuk meningkatkan intelegensi Baby, dengan bermain musik, aku jadi lebih bisa berpaling dari meratapi kepergian Timo. Setidaknya itulah hiburanku setelah di tinggal pergi Timo untuk selamanya.
Bulan demi bulan kami lalui, hingga akhirnya. Di bulan April, tepatnya tanggal 18 April 2021 menjadi hari paling menegangkan bagi kami. Waktu itu aku sedang bersiap untuk kerja, memantau progres cafe yang agak tersendat karena PPKM di Bali. Aku melihat Anjani sedang membuat sesuatu di dapur.
" Hei sayang, kamu lagi bikin apa.... " Kataku.
" Bikin sandwich selai srikaya aja, aku males bikin yang ribet... Gak papa kan.... " Jawab Anjani sambil menuangkan susu UHT ke gelas.
" It's oke Sweet pea... Apapun yang kamu bikin selalu enak.... "
Ketika kami selesai makan dan aku hendak berangkat, tiba-tiba Anjani meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.
" Aduh sakit.... "
" Loh, kamu kenapa... Mau lahiran, kan bulan depan harusnya... "
" Gak tau, aduh... Sakit sayang.... " Aku pun langsung menggendong Anjani ala bridal ke mobil, kala itu aku sudah beli Trailblazer Build air suspension milik Kevin. Dengan secepat kilat aku memacu mobilku menuju rumah sakit. Untungnya jalanan di kota negara tak terlalu padat, jadi sekitar 10 menitan kami tiba di rumah sakit bersalin. Anjani langsung di bawa ke IGD dan mendapatkan pemeriksaan dari dokter.
" Dok istri saya kenapa....
" Istri bapak harus segera melahirkan secara Caesar, bayi yang ada di dalam janin Ibu Adhyathama di posisi sungsang dan bagian lengannya terlilit oleh tali pusar jadi lebih baik Ibu Adhyathama harus segera melahirkan untuk menghindari resiko yang lebih buruk lagi... "
" Anjani, gak papa kamu lahiran sekarang.... "
" Iya, gak papa.... "
" Ya sudah dok, kami serahkan semua kepada anda dan Tim.... "
Dokter pun membawa Anjani ke ruang tindakan, sementara itu aku menelpon Mami, Papi, ayah, Ibu, dan Uncle aunty untuk datang ke rumah sakit. Beberapa menit kemudian Uncle dan Aunty datang, di susul oleh Ibu dan ayah. Aku benar-benar khawatir, karena aku tidak bisa menemani Anjani di ruang operasi.
" Udah Nak, tenang... Anjani sama Baby kamu pasti gak papa... Udah, sini duduk... " Ucap Ibu. Aku menang sangat cemas sampai membuat aku mondar-mandir kayak setrika. Sementara itu, di ruang bedah nampak sekali tim dokter tengah memberikan tindakan kepada Anjani dan Baby.
Satu jam operasi Caesar selesai, aku pun masuk dan melihat Baby kami sudah lahir ke dunia ini. Baby Audrey menangis setelah di bersihkan dan dilakukan tindakan awal.
" Anakku... Anakku lahir.... " Aku benar-benar terharu sekali, tanpa sadar air mataku menetes membasahi pipiku.
" Selamat Pak, anak bapak Perempuan... Anak Bapak sehat.... "
" Aku pun di beri kesempatan untuk menggendong Audrey untuk pertama kalinya.... "
" Istri bapak, belum sepenuhnya sadar dari anastesi, beberapa menit kemudian pasti kembali sadar, kami akan pindahkan Ibu Adhyathama ke ruang intensif dahulu.... "
Satu jam kemudian, setelah Anjani sadar, giliran Anjani yang di berikan kesempatan untuk menggendong dan memberikan asi untuk pertama kalinya untuk baby kami.
" Selamat ya Ibu, Bapak... Anaknya cantik banget... Mau di kasih nama siapa anaknya.... "
" Audrey Alexandria Putri Anjatama..." Nama yang sebenarnya sudah kami siapkan jauh-jauh hari.
Nama itu berarti Audrey berasal dari nama gadis Prancis = kuat dan mulia, Alexandria = nama tengah Timo yaitu Thymoty Alexander Dirgantara, Alexandria memiliki arti gadis pembela umat manusia, dan Putri Anjatama artinya Putri Anjani dan Adhyathama. Jadi doa kami untuk Audrey adalah semoga Audrey bisa menjadi Anak yang Kuat, berhati mulia yang dapat menolong umat manusia.
Anjani begitu terharu bisa menggendong anak kami, begitu pula para keluarga yang hadir. Ibu dan ayah nampak bahagia melihat cucu pertama mereka, mereka mengusap lembut pipi Audrey dengan jemari mereka.
Sejam kemudian, Papi dan Mami juga hadir, dan turut menggendong cucu pertama mereka. Mereka tak kalah harunya dengan Ibu dan ayah.
" Makasih ya Tama, Anjani... Kalian udah kasih Mami sama Papi cucu yang cantik ini.... "
Tiga hari di rumah sakit, akhirnya kami pulang ke rumah. Beriringan dengan keluarga Purnayasa dan keluarga Made. Di rumah di adakan upacara untuk menyambut Audrey yaitu upacara Jatakarma samskara, yang mana aku harus gendong Audrey lalu membisikkan Audrey dengan doa-doa agar Audrey senantiasa di lindungi Ida sang hyang Widhi Wasa.
Kehadiran Anjani membawa semangat baru untuk keluarga kami, rasanya kehadiran Audrey menjadi pengganti Timo untuk menemani Aku. Walaupun Timo dan Audrey berbeda namun sosok Timo akan selalu terabadikan dengan namanya yang indah tercantum di nama tengah Audrey.
" Audrey-ku sayang, terimakasih udah membawa kebahagiaan untuk Papa dan Mama... Sayang sekali, Uncle Timo udah pergi, gak bisa ketemu sama kamu... Tapi, Papa janji akan jaga kamu walaupun itu harus di bayar oleh nyawa papa... "
.
.
.
.
.
Bersambung