POV Anjani
Setelah hampir sebulan lebih aku di tinggal Tama ke Jepang plus karantina akibat Covid. Aku akhirnya bisa kembali lagi bertemu dengan Tama walaupun Audrey tidak ikut dulu karena khawatir kesehatannya terganggu. Ya walaupun Tama sudah dinyatakan negatif, tapi masih ada kekhawatiran adanya sisa virus yang tersisa di tubuh Tama.
Sebenarnya Tama sudah ada di Bali tapi aku bertemu dia sehari setelah dia ngamuk-ngamuk di kantornya. Ya aku tau dia murka karena Temanku Karina yang memberi tahu kalau dia dan yang lain di amuk Tama. Mereka rupanya baru pertama kali melihat Tama ngamuk, walaupun disitu ada beberapa karyawan yang lebih tua darinya, tapi tidak ada yang tidak takut sewaktu Tama marah. Mereka tau gimana Tama bisa membuat dua preman masuk UGD gegara malak cafenya. Mereka mungkin takut merasakan tendangan pemegang sabuk hitam taekwondo. Ya begitulah Tama.
Aku yang baru sampai di rumah langsung menemui Tama yang sedang duduk di ruang tv, aku di telpon oleh Diego untuk segera ke rumah karena, Tama kembali depresi dan banyak minum alcohol, bukan Anggur merah lagi, tapi dia minum yang lebih tinggi yaitu Arak Bali. Benar apa kata Diego, dia duduk di ruang tv itu rupanya sedang fly.
" Yang, kamu kenapa.... " Kataku sambil memegang pipi Tama yang mulai memerah. Tama hanya menoleh dan kembali menatap ke tv yang mati. Matanya merah dan kelopak matanya sembab. Selangkangan dia pun nampak padat karena popoknya yang penuh oleh pipis dia sendiri, entah dari kapan dia belum ganti popok. Aku pun mencoba kembali menyadarkan Tama yang masih mesem-mesem sendiri seperti orang gila.
" Sayang, kamu mabuk lagi.... Hey, sadar, ini aku Anjani.... " Tama masih bergeming.
" Liat kan Jani, Tama dari malam seperti ini.... Aku gak tau kenapa dia jadi seperti ini, waktu dia marah, dan dia langsung pergi ke kamar.... "
" Ahk... Diego, kenapa kamu diam saja, dia itu kalau sudah ada masalah pasti minum.... "
" Aku gak tau kalau disini ada alcohol.... "
" Memangnya perusahaan kenapa.... "
" Sewaktu di jalan, Karina kasih bukti laporan keuangan kalau kita rugi banyak..... Dan beberapa supplier mutusin kontrak, beberapa unit mobil rent car juga rusak parah.... "
" Hemm.... " Aku pun duduk di samping Tama yang masih terpengaruh alkohol, aku yang iba pun langsung menyandarkan kepalnya di bahuku.
" Malang betul nasib Papamu Audrey.... " Mendengar kata Audrey, Tama pun akhirnya bersuara juga.
" Audrey dimana.... "
" Audrey di Gianyar sama kakek neneknya.... "
" Aku mau kesana... Aku kangen Audrey.... " Ucap Tama sambil bangkit dari duduk. Aku pun meraih tangannya agar dia tidak pergi.
" No... Kamu mabuk, jangan kemana-mana.... "
" Tapi.... "
" Udah, ayo ke kamar, popokmu penuh, nanti masuk angin gimana.... " Aku pun menuntun Tama yang masih sempoyongan menuju kamar dan membaringkannya di ranjang. Sementara itu Diego tengah masak, aku tau itu dari aroma masakan yang berasal dari dapur.
" Yang, kamu kok jadi gak keurus gini sih... Biasanya kamu rapih, secara orang OCD kayak kamu kan anti banget yang kotor- kotor.... Ini kenapa popok basah gak kamu ganti.... " Kataku sambil melepaskan celana Chinos pendeknya, sepatu, kaos kaki dan popok basahnya. Diego bilang dia masih berpakaian yang sama seperti kemarin bahkan sepatunya pun belum ia lepas, padahal kebiasaannya setiap kali masuk rumah selalu lepas sepatu. Saat aku melepaskan popoknya, langsung cairan pipis Tama ikut menetes karena popok itu sudah overload yang membuat popok gak bisa menampung lagi pipis Tama yang entah ke berapa kalinya. Aku membiarkan popok itu yang masih di berada di pantat Tama, aku tak bisa menariknya karena Tama yang masih fly.