Setelah makan, aku pun menuju toilet dan tak lupa membawa sekantong berisi popok baru yang di beli Nichole di minimarket tadi. Tak lupa aku menyeret Richie yang agak susah di ajak ke toilet untuk memakai popok.
" Akh Dave, berhenti melakukan ini... Aku malu kalau harus pakai popok...."
" Kamu yang paling tidak kuat menahan kencing, jadi seharusnya kamu wajib pakai popok.... Aku khawatir rencana liburan kita gagal karena kamu sakit Rich.... "
" Oke oke... Aku akan pakai.... "
" That's my boy.... " Kataku sambil mengacak-acak rambut pirang rich.
" Stop do that suck.... " Aku pun berlari meninggalkan Rich.
" Yang terakhir telur busuk.... "
" Hey... Tunggu.... "
Akhirnya kami tiba di toilet. Suasana toilet mix pria wanita itu tampak hening, tak ada satu orangpun disana. Ini kesempatan kami untuk pakai popok tanpa diketahui oleh orang lain.
" Ayo ke ruang ganti... " Ajakku pada Richie.
Kami pun masuk, belum sempat membuka celana, kami dikejutkan oleh suara benda jatuh yang sangat kuat.
" Apa itu.... " Kata Richie.
" Aku tidak tahu.... "
Aku pun keluar dan mencoba mencari sumber suara, aku takut ada seseorang yang jatuh lalu pingsan. Tapi setelah mencari ke sekeliling tak ada apa-apa disana. Aku pun kembali ke ruang ganti dimana Richie sedang menunggu.
Aku mulai membuka gesper, tiba-tiba ada suara orang menangis yang membuat kami takut. Aku sebenarnya sangat penakut, ditambah lagi suasana semakin hening dan dingin, hanya ada suara tangisan di sebelah ruangan kami.
" Suara apa itu.... " Ucap Richie sambil mencengkram erat bahuku.
Saat mendengar Richie aku mendengar juga suara air menetes saat aku lihat, Richie sudah ngompol di celana pendek yang ia pakai. Aku tak tertawa sama sekali, saat melihat Richie, Richie nampak menutup mata dan menunjuk sesuatu, aku tak berani melihat aku juga menutup mata karena takut. Alhasil aku merasakan sensasi hangat di selangkanganku dan mengalir ke betis dan sepatuku.
Kami berdua saling berhadapan di pojokan ketakutan. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh bahuku. Alhasil aku teriak keras karena takut.
" Akh.... Jangan ganggu kami.... "
" Hey kalian ini kenapa bodoh... Kukira kalian tersesat, ternyata disini.... " Ucap Nichole.
" Ada hantu.... "
" Hah... Hantu.... Woho... Itu sebabnya kalian berdua ngomopol ya, kalian liat hantu... Seperti anak kecil saja liat hantu langsung ngompol.... "
" What... " Aku baru sadar kalau celanaku basah kuyup, begitu juga Rich yang mencoba menutupi selangkangannya.
" Ayo cepat pakai popoknya baby.... "
Aku pun melepas celana dan CD ku, karena basah aku masukan itu ke dalam kantong plastik walmart, aku memakai popok sesuai dengan instruksi pemakaian di kemasan popok itu. Ternyata pas sekali ditubuhku dan rasanya pun nyaman dan ada sensasi mengganjal. Aku serasa kembali ke masa kanak-kanak ketika aku masih pakai popok. Nichole yang menyaksikan aku pakai popok hanya tersenyum sambil sesekali memotret dengan HP-nya.
" Giliran kamu Rich.... " Rich pun melepaskan celana sampai kemaluan dia terpampang jelas kemudian dengan cepat dia meraih popok lalu memakainya.
" Aduh, gimana cara pakainya.... "
" Sini.... " Nichole pun menarik rich dan membuat dirinya terlentang di lantai yang kering, dia kemudian memakaikan popok ke Richie seperti seorang ibu pada bayinya.
" Dah, selesai.... Kalian berdua imut kalau pakai popok.... Oke sesuai janji aku juga pakai, tapi aku ke bilik toilet dulu, Jane sedang buang air disana, dia sepertinya sedang menonton drama Korea makanya lama.... "
" Ouh tidak jadi tadi yang menangis itu dia.... "
" Ya... "
" Sial.... Kami ngompol gara-gara dia...."
" Ayo keluar.... " Kata Richie sambil mengambil kantong berisi celana kami yang basah. Tak lupa aku memberikan dua popok ke Nichole untuk dipakai mereka berdua.
Kami melangkah menuju mobil menyusuri parkiran, jarak jaraknya sekitar lima belas meter dari toilet. Kami benar-benar tidak sadar kalau kami hanya pakai popok, sepanjang jalan banyak mata yang menatap ke arah kami tapi kami benar-benar tidak sadar. Kami sadar setelah kami tiba di campervan kami.
" What... Kita hanya pakai kaus dan popok... Astaga.... "
" Ouh tidak, berarti orang-orang melihat kita hanya pakai popok.... "
" Ya.... Kaus dan popok seperti bayi.... "
" Ah sudahlah... Aku jadi bernostalgia ketika aku kecil, aku bermain di halaman belakang rumah hanya pakai popok saja. Aku akan pakai seperti ini sambil menyetir nanti.... " Kataku. Sambil berbaring di kasur campervan dan menyalakan tv.
" Menarik... Pakai popok ternyata nyaman... Ketat dan tebal.... Aku tak sabar bagaimana ini bekerja.... Goodbye fucking toilet.... "
" Haha... Rupanya kau mulai fobia toilet karena kejadian itu.... "
" Ya, aku yakin yang menangis itu bukan Jane, tapi hantu... Aku lihat sendiri di belakang kamu ada perempuan rambut hitam dan panjang tetapi penuh dengan darah.... Aku yakin itu hantu, mana mungkin Jane pakai gaun putih kuno..... "
" Sudahlah... Aku mau tidur sebentar, dua jam lagi kita lanjutkan perjalanan.... " Kataku yang sudah berbaring di kasur.
Tak lama, Nichole dan jane datang dan masuk ke campervan.
" Hey kalian sudah pakai popok.... "
" Ya... Ini janji kami ke kalian.... "
" Coba ku liat.... " Ucap Richie.
Nichole pun menurunkan celana training nya dan terlihat popok sudah terpasang rapi di selangkangannya. Begitu juga dengan Jane.
" Aku dipaksa oleh Nichole, dia memakaikan aku popok seperti ibu ke bayinya... "
" Haha... Kau sama seperti Rich.... "
" Diam kau Dave.... "
" Huah, aku juga ngantuk, geser dong.... ku juga mau tidur.... " Ucap Nichole tanpa aba-aba langsung tidur di sampingku. Kami ber empat pun tidur dikasur yang sama, karena memang kasur kami lumayan besar, bahkan bisa untuk lima orang. Tak lupa Rich mengunci pintu campervan karena kami khawatir barang kami hilang.
Kami pun tertidur diiringi musik jazz karya Kenny G. Pagi yang melelahkan setelah semalaman berkendara menyusuri jalan lintas negara bagian.
Kring.... Alarm jam weker tua milik Nichole berbunyi entah kenapa dia tetap membawa jimat keberuntungannya itu kemanapun padahal hp memiliki fitur alarm bawaan, tapi tetap dia memakai jam tua itu.
" Ah... Berisik sekali jam mu itu.... "
.
.
.
.
.
Bersambung