welcome home Diego

214 5 1
                                    

POV Tama again.

Dua bulan kemudian, kondisi Audrey pun sudah tidak se rewel sebelumnya. Dia di pun di temani oleh Papi dan Mami yang kebetulan sedang berlibur. Di pagi harinya, aku dan keluarga tengah sarapan, aku mendapati telepon dari seseorang yang tak asing bagiku.

" Ouch... Diego telpon.... "

" Diego... " Tanya Mami.

" Diego yang temen kamu dari Filipina itu kan.... "

" Ya... Bentar ya, Tama ke depan dulu.... " Kataku sambil meninggalkan Anjani, Papi dan Mami.

" Hallo Amigos.... "

" Amigos amigos... Aku ada di depan rumah kita... Kenapa kamu tidak kasih kabar aku kalau kalian pindah.... "

" Sorry Diego... Aku lupa... Aku terlalu fokus sama keluarga, kerjaan juga.... "

" Ah.. jadi aku kamu lupakan... Mentang-mentang sudah menikah.... "

" No... Amigos, kamu masih jadi bagian dari keluargaku, apalagi semenjak Timo Pergi, kamulah satu-satunya sahabat terbaikku yang tersisa.... "

" Ouh Tama... Sudahlah... "

" Aku jemput kamu ya... Posisi kamu dimana.... "

" Aku di rumah pak RT.... "

" Oke, aku kesana Sekarang ya.... "

" Oke, jangan lama-lama.... "

" Iya... " Aku pun menutup telpon dan kembali ke ruang makan.

" Kenapa Jagoan.... " Tanya Papi

" Diego ada di kontrakan.... "

" Waduh... Kenapa bisa, kenapa kamu gak kasih alamat rumah ini... "

" Aku lupa... Udahlah Aku mau jemput dia... Oh ya, sayang, kamu mau ke kampus kan, ayo... "

" Oke ayo... Papi, Mami jagain Audrey dulu ya... Gak papa kan.... "

" Wah, kami malah seneng bisa sama cucu... Ya udah, kalian berangkat sana... Hati-hati ya... Tama, jagain tuh menantu Mami jangan sampai lecet.... "

" Siap Mami.... "

Kami pun bergegas berangkat, tapi sebelum itu aku menyempatkan diri untuk mencium kening Audrey yang terbaring di  ayunan bayi yang letaknya tak jauh dari meja makan. Memang ayunan itu bisa di bawa kemana aja, fleksibel sesuai dengan keinginan mau di simpan dimana.

Aku pun memutuskan untuk menunggangi Chevy Trailblazer untuk antisipasi kalau Diego membawa banyak barang. Tanpa basa-basi, aku langsung tancap gas menuju Denpasar. Sebenarnya kami sudah mengagendakan pergi ke Denpasar, karena Anjani hendak ada keperluan kuliah, sementara aku ke kantor untuk evaluasi cash perusahaan.

Aku melajukan si Trailblazer lumayan kencang, sekitar 80-100 km/jam selain buru-buru, jalanan lintas utama Gilimanuk-Denpasar tergolong sepi. Untungnya mobil kami sudah di built up air suspension, jadi jalanan kriting pun tak terasa dan handlingnya pun sangat stabil, no limbung-limbung club.

Aku yang nyetir seperti kesurupan pun membuat Anjani panik karena beberapa kali aku menyalip mobil, truk, bus di depan.

" Jangan ugal-ugalan sayang, celaka gimana... Aku masih pengen liat Audrey tumbuh kembang.... "

" Iya, santai aja sayang... Nikmati saja... Astungkara aman.... "

Di tengah perbincangan kami, tiba-tiba Diego menelpon lagi. Berkat head unit yang bisa bluetooth telephoni jadi aku tak perlu buka hp, tinggal pencet tombol di stir langsung tersambung. Tapi untuk safety, aku pun menurunkan kecepatan supaya gak terjadi apa-apa.

" Hallo... Aku lagi di jalan nih.... "

" Masih lama tidak... Aku lapar, mau cari tempat makan....  "

" Lumayan...  Kalau kamu lapar, gimana kalau kamu naik Taxi online ke cafeku, nanti aku kirim alamatnya, nanti kita ketemu disana... Untuk masalah service, bilang ke karyawannya kalau kamu saudaraku... Nanti mereka kasih free... Oke.... "

" Ya sudah, aku kesana.... " Diego pun langsung menutup sambungan teleponnya.

" Hem... Ada-ada aja kalian ini... Aturan sebelum dia otw ke Bali, kamu  kasih alamat kita.... "

" Namanya juga lupa... Aku kan sibuk sama kalian... Lagi pula Diego itu kan Quarantine dulu di Jakarta sebulan... Aku kira dia besok dia kemari, eh malah sekarang.... "

" Dah, fokus lagi nyetir... Masuk sawah lagi awas loh.... "

" Ah, kayak yang bisa bawa mobil ini aja... "

" Iya deh... Mr Silent and strong.... " Ucap Anjani sambil mengoperasikan head unit untuk mencari lagu favoritnya di Joox.

Dua jam kemudian, akhirnya aku tiba di pusat kota Denpasar, tepatnya di cafe milikku. Kami pun langsung masuk untuk menemui Diego. Benar saja, dia sedang ngopi sambil bermain laptop di salah satu meja VIP.

" Ouh, holla Amigos... Sorry kalau kamu tunggu aku terlalu lama.... "

" It's oke... Yang penting aku bisa makan, ngemil, dan minum kopi gratis...."

" Hei Diego... " Sapa Anjani.

" Ouh Anjani... Congratulations for your Baby.... "

" Thanks... Aku gak bisa lama ya, aku ada acara di kampus... Yang, aku ambil mobil di tempat sewa aja ya... Kalau kalian mau pulang duluan aja..."

" Oh oke kalo gitu... Hati-hati ya... Nih credits Card.... " Kataku sambil menyodorkan credit card milikku.

" Gak usah, aku udah top up E money.... " Ucap Anjani sambil berlalu meninggalkan kami

" Ouh oke... Bye... Be careful honey.... "

" Yes.... " Teriak Anjani yang sudah keluar dari VIP room.

" Apa... Jadi notifikasi di hp itu top up dari Anjani... Aduh amsyong duitku..." Aku baru sadar kalau malam tadi aku mendapatkan notifikasi dari e banking kalau ada pengeluaran sekian juta-an ke e wallet Anjani. Rupanya dia sendiri yang top up. Ya sudahlah.

" Ini barangmu Diego.... " Kataku sambil menunjuk ke satu koper medium dan dua tas kecil.

" Iya... Aku bawa oleh-oleh untuk kalian... Juga sedikit baju.... "

" Oke, ayo bawa ke Bagasi... " Aku pun membantu membawakan kopernya.

Salah seorang karyawan pun membukakan pintu untuk kami yang tengah membawa beban.

" Bos kenapa gak panggil saya aja... "

" Gak papa mas Fahrul... Take your time.... "

" Huah... Mobil baru lagi.... Kamu kaya raya sekali... Mana BMW kamu.... "

" Ada di rumah... Ini mobil punya kakaknya Nicky, you remember "

" Ouh I see... Jadi ini warisan ya.... "

" Gak, aku beli ini separuh harga dari harga normal.... "

" Hem, interesting... Oh ya, kita langsung pulang... "

" Ouh maaf Diego... Aku harus meeting dulu sama karyawan... Sebentar kok, kalau kamu mau istirahat kamu bisa pake ruangan ku atau ke homestay ku aja... "

" Ouh... Aku di ruanganmu saja lah... "

" Oke... Ayo masuk lagi... Aku belum sarapan.... " Aku pun merangkul pundak Diego untuk kembali masuk ke cafe.


.
.
.
.
.
Bersambung

Diapers in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang