Audrey kenapa

182 3 1
                                    

Dengan kecepatan tinggi aku memacu Chevy Trailblazer ku di jalanan, saking cepatnya bisa sampai menembus 150 km/j di jalanan lurus dan sepi. Bahkan suara ban yang sebenarnya memiliki tingkat senyap lumayan bagus juga terdengar, apalagi suara angin yang mulai terdengar di sela-sela gap pintu.

" Tam... Kamu gila, pelan-pelan saja, ini bukan toll road... " Ucap Diego sambil berpegangan di dashboard.

" Aku belum bisa tenang kalau belum sampai rumah.... "

" Iya, tapi kamu jangan farious di jalan dong.... " Aku tak menghiraukan perkataan Diego dan terus menerus melaju cepat sampai menyalib kendaraan yang menghalangi di depan.

Untungnya kami sampai dengan selamat, total perjalanan kami lebih singkat setengah jam lebih dikit dari normal. Namun konsekuensinya aku merasakan mesin mobilku sangat panas dan ban mobil pun jadi agak tipis, karena di setiap lampu merah saat lampu hijau aku langsung tancap gas, alhasil ban belakang jadi spinning. .

" Diego... Tolong buka kap mesinnya, aku masuk dulu buat mastiin keadaan Audrey.... " aku pun keluar mobil dengan cepat meninggalkan Diego yang masih di dalam. hanya mengangguk kemudian pindah dari kursi kiri ke kursi kemudi. Diapun mencari tuas pembuka kap mesin. Saat ketemu dia pun menariknya. Bodohnya, dia lupa kalau kap mesin itu dari besi dan mesin pun dalam keadaan panas, dia dengan polos membuka kap yang masih panas.

" Aakh....... mainit...  (Panas) bahasa Tagalog. "

Aku yang baru saja hendak membuka pintu pun terkejut mendengar Diego yang kesakitan.

" Kenapa Diego.... "

" Panas.... "

" Iyalah, di congkel pake tangan kan... Harusnya kamu pake kanebo, tuh ada di dor pocket... "

" Bilang dong.... " Diego pun mengambil kanebo di dor pocket kanan dan langsung membuka kap mesin dan seketika itu uap panas keluar. Diego yang panik langsung berlari ke arahku. Dengan ekspresi ketakutan.

" gak akan meledak Diego... Aman... Itu karena over heat aja... Dah tutup pintu mobilnya, oh ya kunci jangan lupa.... " Aku tanggung udah buka sepatu. Diego pun menurut untuk menutup kembali pintu mobil dan menguncinya, sementara itu kap mesin sengaja di biarkan terbuka untuk mendinginkan mesinnya.

Aku masih cemas dengan kondisi Audrey. Semua orang tak ada di rumah. Tapi BMW E90 ku masih bertengger tapi di garasinya bahkan cover pelapisnya pun belum di Sentuh sama sekali.

" Bagaimana Tama... " Ucap Diego.

" Entahlah, mereka gak ada di rumah.... "

" Telpon saja lah Tam.... " Aku pun langsung menelpon Anjani, namun setelah sekian lama belum juga di angkat. Tak habis ide aku pun menelpon Papi, dan ternyata di angkat juga.

" Papi, dimana... Kok rumah sepi.... "

" Di rumah sakit.... Cepet kamu kesini...  "

" Audrey... Di rumah sakit... Oke Papi, share loc rumah sakitnya, Tama langsung berangkat.... "

" Aku pun berlari menuju kamar untuk mengambil kunci E90.... "

" Diego, buka pagar, sekalian buka juga cover mobilku, kita ganti mobil...."

" Yes Sir ... "

Setelah mendapatkan keyless mobilku, aku langsung menutup kap Chevy dan beralih ke E90. Tanpa basa-basi setelah Diego naik aku langsung tancap gas menuju rumah sakit di pusat kota Negara. Aku ganti mobil karena aku khawatir Chevy kebakar gara-gara overheat akibat di pake ugal dari Denpasar ke Jembrana tanpa melihat kalau mesin kekurangan air Coolant. Selain itu juga ban belakang Chevy mulai botak, perlu di ganti.

Tak lama, kami tiba di rumah sakit swasta yang cukup bagus di kota negara. Disana aku mengikuti arahan papi menuju tempat dimana Audrey dirawat. Beberapa saat kemudian akhirnya aku bertemu Papi dan Mami yang sedang duduk di bangku depan.

" Akhirnya kamu sampe juga... kemana aja sih... Anak kamu sakit tuh...."

" panjang ceritanya Mi.... Yang penting Tama udah sampe... Oh iya, Audrey sama Anjani mana.... "

" Lagi di ruang dokter tuh.... " Ucap papi sambil nunjuk ke salah satu ruangan dokter spesialis anak. Sejurus kemudian keluarlah Anjani, Audrey dan dokter.

" Terimakasih dok... Saya akan jalani apa yang dokter sarankan... "

" Iya... Kamu itu calon dokter juga bahkan udah dikatakan dokter muda... Jadi untuk masalah ini seharusnya kamu udah tau dong... "

" Baik dok... Saya tidak akan tingkatkan lagi kualitas saya.... Oke dok saya pamit untuk ambil obat yang dokter resepkan... Terimakasih ya dokter "

" Iya... Sama-sama... Dadah Audrey manis.... " Ucap dokter sp. Anak itu dengan ramah.

Saat Anjani menoleh, Anjani kaget melihat aku dan Diego ada di hadapannya.

" Loh... Kalian.... Disini " tanya anjani Heran.

" Aku panik Sayang, kalian juga yang minta aku pulang Cepet karena Audrey sakit.... "

" Ih... Audrey itu cuma diare ringan aja... Dia minum asi yang kurang bagus.... "

" Oh jadi cuma diare ya.... " Timpal Mami.

" Iya Mami... " Ucap Anjani.

" Syukurlah.... "

" Terus kenapa Mami minta aku pulang Cepet... Tama kira Audrey kenapa-kenapa.... Sampai ngebut dijalan.... "

" Ya Mami kira kalian bareng... Jadi mami suruh kalian berdua pulang... Eh taunya Anjani bawa mobil sendiri.... "

" Iya, Aku pulang sendiri karena Tama lagi ada meeting Mami... Jadi daripada ganggu ya Jani ambil mobil Jani yang di tempat penyewaan.... "

" Oh pantesan.... "

Kami pun akhirnya pulang. Ternyata Anjani, Audrey dan Papi Mami naik Kia Rio Anjani. Papi dan Mami ternyata tidak tau dimana aku meletakkan keyless remote mobilku. Alhasil Mami menelpon aku supaya cepat pulang agar Audrey segera dibawa ke RS.

Walaupun sempat panik, tapi syukurlah Audrey hanya sakit perut akibat stok asi-nya basi karena kompleks kami mati lampu, alhasil semua elektronik mati. Karena dendam dengan pemadaman listrik, besoknya aku langsung beli Genset untuk jaga-jaga bila listrik tiba-tiba mati, bahkan aku berencana beli panel Surya agar bisa memasuk listrik tanpa harus bayar token. Mahal sih, tapi setidaknya bisa menjadi inventaris yang berharga.

Yah, itulah balada Orangtua muda yang masih belum sepenuhnya mahir mengurus anak. Walaupun ada Papi dan Mami, tapi mereka sendiri juga terakhir kali mengurus anak bayi hampir 21 tahun lalu, itupun di bantu Bibi Heni Baby sitterku dan Nenek. Alhasil mereka sendiri belum sepenuhnya faham dengan pola asuh bayi.

Huah, disisi lain ketika kedua orang tua berkerja maka urusan ekonomi keluarga akan lancar dan sejahtera, tapi disisi lain Psikologis dan tumbuh kembang anak menjadi terganggu,  karena kurangnya kasih sayang Orangtua. Aku kadang mikir, dulu aku benci sekali Papi dan Mami yang keduanya bekerja dan ninggalin aku sendiri, tanpa adik dan kakak. Tapi saat ini yang di alami Audrey malah mirip denganku. Hanya saja dia masih balita belum tau apa-apa, dia masih ada Nenek dan kakeknya, dia masih dikelilingi oleh orang yang sayang dia. Tapi aku takut dia bisa seperti aku, ketika dia sudah bisa faham apa yang namanya kesepian.

" Maafkan Papa ya Audrey... "

.
.
.
.
.
Bersambung

Diapers in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang