29

177 27 22
                                    

*

**

***

Dering smartphone yang sejak tadi berbunyi memenuhi setiap sudut ruangan. Nine menepuk-nepuk sisi ranjang disebelahnya untuk mengangkat telepon. Namun karena ia tak merasakan ada pergerakan disana. Merasa tidak nyaman dengan dering smartphone yang semakin keras dan mengganggu akhirnya Nine bangun dari tidurnya. Ia menyibakkan selimutnya lalu duduk dan mengambil smartphonenya diatas nakas. Nama Oscar tercetak disana.

"Kenapa dia menelpon pagi-pagi begini?" Kesal Nine namun kemudian mengangkat telepon tersebut.

"Emm?" Ucapnya setelah panggilan terhubung.

"Kenapa kalian tidak mengangkat telepon ku sejak tadi? Aish, hari ini benar-benar hari sialku. Apa kau tidak tau apa yang aku alami sejak aku terbangun dari tidur ku hari ini." Pekik Oscar yang terdengar kesal dari seberang sana.

Nine yang setengah tertidur sontak terkejut dengan teriakan Oscar menjauhkan smartphone itu dari telinganya. "Kenapa dia marah-marah pagi-pagi begini?" Timpalnya kemudian.

"Aku baru melihat smartphoneku. Ada apa?" Tambah Nine kemudian.

"Wah, tidurmu disana sangat nyenyak ya Tn. Nine? Kau memilih ikut dengan Patrick dan meninggalkan aku dengan temanmu ini." Timpal Oscar dengan nada mengejek.

"Apa wanita itu menyebabkan masalah baru?" Tanya Nine mengubah topik pembicaraan mereka.

"Kali ini bukan wanita itu. Tapi Liu Zhang, kurasa dia perlu kedokter."

"Apa?" Pekik Nine terkejut. "Apa wanita itu melukai kalian?"

"Bukan karena wanita itu. Tapi dia sedang patah hati. Aku melihatnya minum sendirian diluar tadi malam. Aku tidak menyangka jika dia benar-benar bodoh untuk minum terlalu banyak hingga tertidur diluar. Karna itu dia demam sekarang." Ucap Oscar sembari menatap Liu Zhang yang sedang bergumul dengan selimut.

"Dasar menyedihkan." Timpal Oscar kemudian menatap Liu Zhang.

"Baiklah, aku akan menelpon rumah sakit untuk mengantarkan dokter kesini. Aku akan memberitahu Patrick juga. Kau jaga dia dulu sebelum kami datang."

"Emm. Cepatlah. Semakin lama menatapnya membuatku ingin memukul wajahnya." Timpal Oscar sembari menatap baju yang saat ini ia pakai terkena muntahan.

"Menyebalkan." Timpal Oscar.

Tut/tut/tut. Panggilan terputus.

Nine menatap sebelahnya, tak ada Patrick disana. "Kemana dia pergi pagi-pagi begini?" Timpalnya kemudian sembari melihat sekeliling.

"Dia tidak membawa smartphonenya." Tambahnya lagi setelah melihat smartphone Patrick yang ada di atas nakas.

Nine beranjak dari duduknya lalu masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri. Disisi lain, Nene sedang sibuk menatap seseorang yang menganggu sesi memakan buahnya pagi ini. Patrick yang menyadari bahwa kehadirannya itu membuat Nene kesal semakin melancarkan aksinya. Ia berjalan kesana-kemari dari dapur ke ruang tamu dengan alibi mencari barangnya.

"Entah waktumu yang sangat senggang atau memang kau tidak tau malu hingga kau datang kesini sendiri untuk mencari barangmu?" Ucap Nene ketus menatap kesal kearah Patrick.

Patrick mengabaikan ucapan Nene dan semakin berjalan mondar-mandir didekat Nene. Nene semakin kesal dengan perilaku Patrick yang mendiamkan ucapannya.

"Miskin, tidak tau malu, dan juga murahan. Perpaduan yang sempurna." Timpal Nene kemudian menatap remeh Patrick.

Patrick menatap tajam Nene, baru ingin menjawab perkataan Nene, namun ia mendengar suara teriakan dari kamar tamu. Patrick memilih mengabaikan Nene dan segera bergegas kearah kamar tamu untuk melihat apa yang terjadi. Ia mendengarkan suara dari balik pintu.

I Love You Mr. Arrogant (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang