Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DUA hari kemudian.
"Jeanne! Ayo, cepat!" Aunt Beth memanggilku yang masih memakai mantel.
"Baik, Aunt!!" sahutku, mempercepat gerakanku. Kami tidak boleh berlama-lama, agar tak ketinggalan kereta.
Setelah memakai mantel, aku membawa tasku dan turun ke bawah. Naomi, Harris, dan Aiden sedang memakai sepatu. Aku mengikuti mereka. Memasangkan kaus kakiku, dan memakai sepasang sepatu.
Kami berangkat setelahnya. Pergi ke stasiun, dan meninggalkan rumah Aunt Beth.
━━━━━━━━━━━━━━━
Salju memenuhi jalanan, juga pohon-pohon di sekitar. Aku memeluk diriku sendiri, masih merasa kedinginan padahal sudah memakai pakaian berlapis seperti kemarin.
Kami naik ke kereta api. Sepuluh menit lagi, kereta ini akan berangkat. Lebih baik kami mencari tempat duduk dari sekarang.
Aku duduk di dekat Naomi dan Aunt Beth. Harris dan Aiden duduk di hadapan kami. Aku berada di paling ujung, dekat jendela. Naomi di tengah, dan Aunt Beth di ujung yang lain.
"Kira-kira bagaimana ya nanti?" Terdengar Naomi bergumam. Aku mengangkat bahu, tak tahu apa yang akan terjadi nanti.
━━━━━━━━━━━━━━━
Setelah beberapa saat perjalanan, kami sampai di Charlottetown. Kami turun di stasiun Charlottetown yang begitu ramai. Aunt Beth pun memandu kami untuk keluar dari stasiun dan pergi ke rumah orang tuaku dan Naomi.
"Ah, sudah lama sekali aku tak kesini," kata Harris sembari tertawa saat kami berjalan di Charlottetown. Kami memandangnya dan tersenyum kecil.
Beberapa saat kemudian, kami pun sampai di sebuah rumah yang sangat megah. Aku mendongak sambil terperangah kaget.
Mum dan Dad tinggal di sini? Benarkah?
Aku tak menyangka kalau rumah Mum dan Dad di Charlottetown ini sebesar yang kami lihat sekarang.
TOK! TOK! TOK!
"Sebentar. Kita akan menunggu," kata Aunt Beth kepada kami. Aiden sudah tampak letih karena membawa dua tas besar. Aku yang merasa kasihan padanya, membantunya memegang tas itu.
"Thanks, Jeanne," ucap Aiden. Tak lama kemudian, pintu rumah ini terbuka. Terlihat seorang asisten rumah yang menyambut kami.
"Selamat datang." Dia membungkuk. "Silahkan masuk."
Kami tersenyum padanya dan masuk ke dalam rumah. Kami kembali terkesima. Banyak perabotan rumah yang mewah. Ada berbagai lukisan di dinding rumah. Rumah ini bertingkat tiga.