Eps. 3 - Sebuah Ungkapan

589 63 1
                                    

TEMAN TAPI MENIKAH
Eps. 3 - Sebuah Ungkapan

===============

Dengan tubuh yang lemas dan tidak berdaya, Arshen menaiki tangga rumahnya. Ia seperti orang yang baru saja mendapat kabar buruk, entah apa itu. 

Saat naik dan sampai di lantai 2, Arshen melihat kamar adiknya Arleen sedikit terbuka. Ia melihat adiknya itu tengah sibuk dengan gawainya, entah melihat apa. Arshen langsung masuk dan merebahkan diri di kasur adiknya itu.

"Ish, lu ngapain sih, mas?" tanya Arleen yang langsung sadar begitu Kakanya merebahkan diri di sampingnya.

"Lagi ngapain?" tanya Arshen, tidak biasanya ia menanyakan kegiatan adiknya.

"Kepo." Arleen menjulurkan lidah kearah Arshen. Ia melihat raut wajah Arshen yang tidak biasa. "Kenapa lu, mas? Kayak ayam sakit aja." tanya Arleen, meski begitu ia tetap menyayangi Arshen.

"Cewek sukanya di ajak apa, leen?" tanya Arshen pada adiknya.

"Adoh, kirain kenapa..." ledek Arleen. "Siapa ceweknya?" Arleen terlihat bersemangat.

"Ara..." jawab Arshen.

"Ara? Arabella? Temen SMA lu yang sering kerja kelompok di rumah?" tanya Arleen dengan suara yang keras.

"Ish, brengsek. Pelan-pelan..." Arshen membekap mulut bawel adiknya itu.

"Kenapa? Yailah, kan lu kenal dia, masa lu bingung mau diajak apa?" kata Arleen.

"Diajak apaan?" tanya Arshen dengan polosnya.

"Nikah, lah! Inget umur lu, masa lu masih mau pacaran kayak anak-anak SMA?" ucap Arleen. Benar katanya, diumur 20an sudah tidak pantas untuk berpacaran seperti anak SMA. Di umur segitu paling tidak sudah mulai menjalin hubungan serius walau belum ingin menikah. Paling tidak memiliki komitmen.

"Nikah, Nikah. Pacaran aja belum..." Arshen menoyor kepala adiknya.

"Terus? Yaudah pacaran lah." jawab Arleen.

"Masalahnya...."

Flashback

Arshen dan Ara berada dalam satu mobil, mereka baru saja memasuki gerbang komplek Ara. Mereka baru saja selesai menonton film dan kembali. Ini sudah kali ketiga Arshen mengajak Ara pergi bersama, beruntung Ara tidak pernah menolak ajakan Arshen.

"Shen, kayak biasa, di depan jalan aja..." ucap Ara, ia selalu turun di depan jalan bukan di depan rumah.

"Oiya, gua mau nanya, ra." kata Arshen.

"Tanya apa?" Ara sedikit was-was tentang entah apa yang ingin Arshen tanyakan.

"Kenapa lu selalu turun di situ deh? Terus kayaknya gua liat selalu ramai mobil di depan rumah lu?" tanya Arshen.

"Ooh i-itu, tamu gue Shen." jawab Ara.

"Kok ada tamu lu malah pergi?"

"I-itu, di-dia mau dijodohin sama gue..." jawab Ara lagi.

"Dijodohin?" tanya Arshen dengan raut wajah bingung.

"I-iya." jawab Ara terbata-bata, ia melihat raut wajah Arshen yang berubah, seperti orang kecewa.

Arshen merasa was-was dengan ucapan Ara, ia masih memendam rasa terhadap perempuan itu. Ia juga kecewa karena merasa dirinya hanya menjadi pelampiasan atau alasan bagi Ara untuk tidak bertemu dengan lelaki yang dijodohkan dengannya.

"Terus lu mau?" tanya Arshen setelah beberapa waktu.

"Ya enggak lah. Gue mau menikah dengan orang yang benar-benar tulus sama gue, orang yang gue kenal." jawab Ara.

TEMAN TAPI MENIKAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang