15

4.1K 618 257
                                    

pukul 10 pagi. kafe hari itu tidak terlalu ramai, sama seperti biasanya. jay merasa beruntung bisa menemukan kafe seperti ini di tengah hiruk pikuknya nyc. kafe yang menjadi salah satu favoritnya, juga favorit seseorang yang pernah menjadi bagian hidupnya.

nostalgia. semua kenangan manis itu sudah terlalu jauh. bahkan saat jay duduk di kursi yang selalu ia tempati tiap datang ke sini, semuanya berbeda. rasa-nya sudah hilang. 

bel kecil di atas pintu masuk kafe itu mengeluarkan suara gemerencing, tanda seseorang masuk. samar-samar jay mendengar perempuan cantik yang menjaga kasir berujar, "welcome!"

jay mengangkat wajahnya dan melihat ke arah pintu.

tatapannya bertemu dengan sunghoon yang hanya tersenyum kecil padanya.

potongan-potongan acak memori masa lalu berebut memenuhi pikiran jay sepanjang memperhatikan sunghoon yang memesan minuman dan makanan ringan pada perempuan di kasir itu. sunghoon. ramahnya sama, senyum tersipunya sama, bahkan pesanannya sama seperti yang dulu-dulu.

saat sunghoon menuju meja yang ditempati jay, menyapanya dengan anggukan kecil dan duduk di hadapannya, barulah semua memori itu seakan pudar begitu saja. yang ada di depannya hanyalah sunghoon. seorang teman lama.

"hai," sapa sunghoon sekali lagi sambil melepas jaket terluarnya, menyisakan sweater hangat yang membalut tubuhnya.

"hai," balas jay dengan kekehan kecil. sapaan seperti itu terlalu kaku untuknya.

"apa kabar?"

"baik. lo?"

"biasa aja," sunghoon menyamankan posisinya duduk dengan sedikit canggung, "ah, iya. projek yang waktu itu gue bikin disetujuin sama dosen. beliau seneng banget sama hasilnya."

"wah, congrats! lo mati-matian banget ngerjainnya waktu itu."

sunghoon mengangguk antusias dengan senyum lebar di wajahnya.

belum ada yang memulai percakapan lagi setelah itu. sama-sama menunggu. jay yang memalingkan wajah ke arah jendela untuk melihat langit yang tidak menurunkan salju hari ini. sunghoon yang sesekali memainkan ponselnya tanpa betul-betul memainkannya. hanya asal mengeklik aplikasi dan keluar lagi.

makanan dan minuman yang sunghoon pesan datang. ia mengucapkan terima kasih singkat pada perempuan yang mengantarkannya.

perlahan sunghoon menyeruput minuman hangat itu, sesekali melirik jay di depannya yang belum juga bicara.

"jadi," sunghoon meletakkan kembali gelas tadi di atas meja, "ada apa?"

jay kembali menghadap depan, ke arah sunghoon.

"ah, iya," gumam jay, sedikit menegakkan posisi duduknya. rasa gugup tiba-tiba memenuhi dirinya. berulang kali jay mencoba bicara, tetapi selalu tertahan sebelum berhasil mengeluarkan sepatah kata.

"hei," panggil sunghoon, membuat jay kembali menatapnya, "lo bisa ngomong apa aja sama gue. dulu kita pernah sepakat, kan? suatu hari semua bakal biasa aja dan kita bisa jadi temen lagi. jadi support system satu sama lain."

jay tersenyum dan melanjutkan ucapan sunghoon, "jadi support system satu sama lain karena nggak ada yang kenal lo sebaik gue, dan nggak ada yang kenal gue sebaik lo."

sunghoon mengangguk kecil.

"gue .. uh, mulai dari mana, ya," jay memainkan ujung-ujung jemarinya, "dulu .. what was i like?"

kedua alis sunghoon berkerut bingung. ia mencoba membaca raut wajah jay yang terlihat muram dengan harapan bisa mengerti maksud pertanyaannya.

"lo ... you were the best of everything. gak ada orang lain kayak lo."

sakura || jaywon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang