Pukul 8:00
Sinar mentari pagi mulai menyembul dari cakrawala, membangunkan si gadis malang dari alam tidurnya. Matanya menjelajah ke segala kamar, melihat apa yang ia cari tak ditemukan, (Y/N) menghela nafas dengan berat.
"Hah ... belum pulang lagi, ya?" Gumam (Y/N) miris.
Memang bukan pertama kalinya Manjirou tidak pulang ke mansion ini. Pernah 1 minggu full pun si pria tak menginjakan kakinya disini. Ada urusan misi, katanya.
Helaan nafas berat keluar dari bibir pucat si gadis. (Y/N) melihat jam diatas nakas, "masih jam segini biasanya Manji-kun belum pulang. Setiap pulang ke mansion ini pasti selalu di malam hari. Apa ini bisa menjadi kesempatanku untuk bertemu dengannya?"
Setelah menghabiskan beberapa menit untuk berfikir, (Y/N) memutuskan sesuatu. Bertemu dengan orang yang dimaksud.
"Yosh! Semangat, (L/N)(Y/N)!" Ucapnya semangat.
(Y/N) menarik laci dibawah tempat tidur secara susah payah yang dimana tempat itulah si gadis diam-diam menyimpan kunci cadangan kalung sialan yang mengelilingi di lehernya. Setelah melepaskan kalung rantai yang bergembok itu, ia bangun dari tempat tidur, lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh diri.
Tak perlu acara merendam diri, yang penting bersih dan wangi. (Y/N) memakai sweater turtle neck guna menutupi bekas kalung rantai yang mengelilingi leher putih susunya, lalu mencepol rambut hitam lebatnya keatas supaya tidak terlalu panas.
Itu semua karena Sano Manjirou. Dia memberikan kalung rantai di leher (Y/N) hingga berbekas hanya karena gadis malang itu terlambat pulang ke mansion si pria, jadi dengan terpaksa (Y/N) memakai pakaian tertutup di musim panas ini.
Sialan memang. Tapi gadis itu terlanjur cinta.
Ah, sudahlah.
Setelah dirinya siap, (Y/N) pun langsung bergegas meninggalkan mansion terkutuk itu supaya si gadis memiliki banyak waktu untuk berbicara dengannya.
Lagipula ini masih pagi pukul 8, jadi Manjirou tidak akan pulang secepat itu.
Mungkin.
(Y/N) juga sengaja tidak sarapan hari ini, karena ia begitu merindukan masakan kekasih dari kerabatnya itu. Hitung-hitung reuni, pikirnya.
Setelah melewati perjalanan yang lumayan jauh–Manjirou memang sengaja membeli mansion yang agak jauh dari jangkauan teman-teman lamanya. Akan tetapi, hal itu bukanlah masalah. (Y/N) rela melakukan ini semua juga untuk kebaikan Manjirou-nya.
"Semoga saja alamatnya masih sama dengan yang dulu," gumamnya. Oh, ayolah, (Y/N) tidak memiliki ponsel genggam! Sano sialan Manjirou itu menghancurkan ponselnya hingga menjadi abu. Bagaimana bisa gadis itu menghubunginya jika dia berpindah alamat nantinya?
"Are? (Y/N)-san?!" Pekik orang itu dari belakang.
(Y/N) merasa sangat familiar dengan si pemilik suara pun menoleh ke asal suara, dan benar saja. Itu dia! Teman– lebih tepatnya partner seperjuangan. Rambut kuning norak nan jabriknya itu telah berubah menjadi warna biru kehitaman. Tatapannya masih polos, akan tetapi memancarkan kekuatan. Keteguhan hatinya benar-benar membuat (Y/N) salut.
Hanagaki Takemichi.
Dia tidak berubah.
Gadis itu mengulas senyum, lalu menghampirinya, "yo, Take-chan!"
Sang empunya nama tak bergeming dari tempat berdirinya. Menatap lamat si puan yang memanggilnya dengan ekspresi senang, bingung, dan terkejut.
(Y/N) tertegun, karena partnernya ini tiba-tiba berlinang air mata lalu menangis didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis (Sano Manjirou)
Fanfiction[END] Kita saling mencintai. Aku yang mencintaimu, dan dirimu yang mencintai orang lain. ••••••••• - [♡] ; notes ⚠21+, harsh word, toxic relationship, angst. • semua gambar bersumber dari pinterest. • karakter hanya milik Ken Wakui, saya hanya mem...