Negentien

2K 224 157
                                    

A/n : di bagian ini beberapa kepingan scene antara Naoto-(Y/N) agar kalian semua paham dan mengerti apa yang dimaksud 'hari itu' oleh Tachibana Naoto terhadap (Y/N).

••••••

Angin semilir menerpa paras bocah cilik dengan nama lengkap Tachibana Naoto versi 13 tahun. Di genggaman tangan kanannya terdapat totebag permintaan sang kakak, Tachibana Hinata, yang menitipkan bahan-bahan untuk membuat omurice, sebab si puan berkata kalau sahabatnya akan bermain ke apartemennya.

"Nee-san ada-ada saja. Dia yang akan memasak, tapi aku yang membeli bahan-bahannya." Gerutunya dengan bibir yang sedikit ia manyunkan; mencibir Hinata.

Saat melewati persimpangan jalan, ia mendapati seorang gadis yang seusia kakaknya tengah menghadapi 2 orang lelaki.

Dapat Naoto simpulkan bahwa gadis itu digoda dan hampir disentuh jika—

BUAGH!!

— Astaga. Gadis itu ahli bela diri ternyata.

Bogeman mentah ia beri pada salah satunya hingga mengeluarkan darah segar. Kedua mata Naoto membola. Pukulan itu pasti sangat sakit, pikirnya.

Namun, sayangnya perempuan itu lengah. Rekannya yang tak terkena pukulan pun memberi ancang-ancang untuk menendang punggung si gadis.

Naoto memejamkan matanya dengan tubuh yang gemetar. Ia ingin membantu, tetapi tak punya keberanian yang cukup. Hatinya meringis kala mendengar suara bogeman serta pekikan perempuan.

'Tak bisa ku biarkan! Ayo, bergeraklah, Naoto!!'

Belanjaan untuk sang kakak ia letakkan begitu saja dan berlari menghampiri gadis malang itu.

"B-BERHENTI!!"

Pukulan yang hampir mendarat pada pipi gadis itu terhenti. Tatapan tajam dilayangkan dari kedua lelaki tinggi itu pada Naoto. "Apa maumu anak kecil?"

Berusaha melawan takut, Naoto mengambil telepon genggamnya, menghubungi pihak kepolisian.

"B-berhenti atau kalian ku laporkan pada polisi! Ayahku seorang polisi!"

Bukannya takut, 2 lelaki itu tertawa lepas; menganggap remeh ancaman bocah tengik dan ingusan. "Kau pikir kami akan percaya dengan bualanmu? Lebih baik kau pergi atau kau akan bernasib sama dengan—"

"Jangan lengah terhadap lawanmu, bodoh." Bisik sang jelita dengan seringainya.

DUAGHH!

Kedua lelaki itu pun terhempas dan menabrak beton dibelakang mereka hingga pingsan.

Gadis itu menoleh dan mengulas senyum, "terima kasih sudah membantuku, bocah. Hanya saja tingkatkan lagi keberanianmu, dengan begitu kau akan menjadi agen kepolisian yang berbakat."

Deg!

Detak jantung berpacu cepat. Ini pertama kalinya Naoto diberi maklumat seakan ia orang yang sangat dipercaya. Pria kecil tersebut bahkan sama sekali tidak pernah mendengar kalimat pujian dari sang ayah. Ayahnya hanya terus mendorong Naoto agar belajar dengan serius dan mendapat nilai tinggi.

Monachopsis (Sano Manjirou)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang