Vijf

2.3K 370 180
                                    

❗️Disclaimer❗️ : di part ini terdapat adegan penganiayaan, bagi yang tidak kuat membacanya, mohon jangan dilanjut.

Selamat membaca.

••••••

Markas organisasi gelap itu telah dihadiri oleh para petinggi. Akhir Oktober sudah ditetapkan sebagai hari dimana Bonten akan menyentil pengkhianat. Disinilah mereka berkumpul dan berinteraksi.

"Mana Sanzu?" Tanya Manjirou ketika sudah tiba di tempat.

Ran yang sedang membersihkan senjata api miliknya itu menjawab, "Sanzu sedang morning sex di balkon, bos."

"Si tolol itu tidak berhenti sejak kemarin sore, bos." Timpal sang adik. Rindou memang punya dendam pribadi terhadap Sanzu, mengingat pria itu selalu mengambil wanita yang ia sewa secara sesuka hati guna di setubuhi.

Pria gondrong yang tengah menghisap tembakau itu angkat bicara, "Sanzu membawa jalang yang sangat cantik. Aku saja tidak boleh melihatnya."

"Dia tidak mau berbagi dengan orang lain. Wajar saja, sih, wanita itu sangat cantik dan blasteran Amerika juga. Sial. Jadi berdiri lagi." Umpat Rindou.

Manjirou memasukkan kedua tangannya di saku celana, "panggil orang itu."

"Sanzu—"

"Apa kau berfikir aku menyuruhmu panggil anjing setiaku itu?" Sarkas Manjirou yang membuat Takeomi berhenti serta menatapnya dalam diam.

Hati kecil dari pria bernama Akashi Takeomi tersebut tercubit kembali ketika sang pemimpin memberi titah demikian.

"Panggil wanita yang sedang bersama Sanzu. Aku ingin sekarang."

••••••

Pria surai pink dengan kedua sudut bibir yang terdapat bekas luka itu sedang menikmati pelepasannya. Sanzu menyeka keringat yang mengucur di kening wanita dibawahnya dengan nafas terengah. Ini gila. Sanzu tidak pernah merasakan euforia se-menyenangkan ini selama bercinta.

Tatkala ingin menggerakan benda perpanjangan yang ke sekian, suara gedoran pintu membuat Sanzu mendecak kesal.

Pria dengan rambut mullet itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi marahnya saat sang kakak lelaki berada di depan pintu kamar.

"Apa-apaan? Ngapain kesini? Aku sedang sibuk—"

"Sibuk menanam benih murahanmu, begitu?" Takeomi ingin memuntahkan isi perutnya saat menghirup aroma kamar Sanzu yang sangat memuakkan. Walau Takeomi termasuk pendosa seperti sang adik, kendati demikian dirinya masih bisa mengontrol hasrat prianya.

Tidak seperti Sanzu yang gemar bercocok tanam seenak jidat tanpa merasa takut bahwa salah satu wanita yang di sewa akan memanen hasilnya, Takeomi selalu mengutamakan yang namanya pengaman. Jelas sekali bahwa Takeomi tidak mau menebar benih berharganya terhadap sembarang wanita.

Yah, meskipun tetap saja sama-sama pendosa.

Sanzu menggeram, "katakan keperluanmu secepatnya sebelum aku membolongi kepala sialanmu."

Monachopsis (Sano Manjirou)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang