9

501 66 1
                                    

Hari Minggu adalah hari dimana Keluarga Altamis berkumpul, melepaskan semua masalah, Membuang jauh jauh kesedihan hari hari sebelumnya, menceritakan apa yang terjadi, Sekarang Altamis berada di salah satu pantai dikotanya dan sedang menatap mataha...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Minggu adalah hari dimana Keluarga Altamis berkumpul, melepaskan semua masalah, Membuang jauh jauh kesedihan hari hari sebelumnya, menceritakan apa yang terjadi, Sekarang Altamis berada di salah satu pantai dikotanya dan sedang menatap matahari yang mulai terbenam

Melihat sunset adalah salah satu yang membuat diri kita tenang, menikmati sejuknya angin, apalagi jika dengan orang yang kita sayangi.

Hal ini sangat membuat Altamis bahagia, tenang, senang berada dalam sisi kedua orang tuanya, memiliki mereka adalah salah satu yang sangat ia banggakan dan yang sangat ia takutkan jika kehilangan mereka, Tak semua orang bisa merasakannya, dan semua orang yang tak merasakannya ingin menjadi di posisi Altamis

Tetapi takdir tak bisa kita bantah, tak bisa kita gagal kan, tak bisa kita ubah, karna itu bersyukur lah apa yang telag Tuhan beri.

"Are you okay lately?" Tanya Erina kepada Altamis, Ia selalu menanyakan diri Altamis sekarang, apakah ia sekarang berada di fase yang membuatnya senang atau sebaliknya

"in the middle, gak semua hari hari Al buat Al seneng, dan ga setiap Hari Hari al buat Al sedih, hidup ga sepenuhnya mulus ma, pasti ada gronjalannya, Tuhan gak menciptakan manusia hanya untuk bersenang senang pasti ia memberikan hambanya kesedihan agar hambanya mengingat tuhannya" Ucap Altamis sambil menatap sunset yang sangat indah

Erina mengelus kepala Altamis "Anak mama udah mulai gede sekarang, udah bisa berpikir dewasa" Erina tersenyum manis, tak terasa anak yang ia besarkan kini telah tumbuh secepat ini

"Tapi jujur ma, Al pengen jadi kaya anak kecil lagi, dulu di mata Al jadi orang dewasa enak, gak dilarang larang sama orang tua, bisa kesana kesini, bisa main sama temen, dan sekarang malah Al pengen balik ke Al yang dulu, Anak yang gak tau dunia luar, yang gak tau cobaan hidup" mungkin kalian pasti pernah meminta kepada semesta agar kembali ke diri kalian beberapa tahun yang lalu, entahlah apa yang membuat kita membenci diri kita yang dewasa, membenci dunia, membenci keadaan.

"Kalo kamu mau jadi anak kecil terus gedenya kapan dong? Udah jalanin aja pasti nanti bakal selesai juga kok ga kerasa" Erina mencubit pelan hidung Altamis

"Papa cuman dijadiin nyamuk aja ini ceritanya" cibir Afnan sambil menyilangkan tangannya didadanya

"Ceritanya cemburu nih pak afnan" goda Altamis sambil Menaik turunkan alisnya

"Kamu ujian kapan Al?" Tanya Afnan

"Ya gak tau, harusnya papa dong yang tau kan papa yang punya sekolahnya"

Afnan melirik Altamis "Tugas papa gak ngurusin sekolahan aja Al, besok kalo kamu udah gede Sekolahan yang kamu tempati sekarang harus kamu urus"

"Gak mau ah, Al juga pengen mendirikan sekolah tapi dari Hasil Altamis sendiri" Ucap Altamis

Afnan menepuk pundak Altamis pelan "Mangkannya cari istri yang pinter, biar bisa bantu kamu"

Altamis mendecih kesal "Nah kan mulai ngelantur topik pembicaraannya"

Ia tak habis fikir kenapa Ayahnya selalu membicarakan tentang perempuan, padahal ia masih duduk di bangku SMA

"Minggu depan Al mau nya liburan dirumah, kasian taman Rumah gak pernah di anggap, jadi besok minggu mama masakin makanan kesukaan Al yaa" mohon Altamis dengan mengdip kedipkan kedua matanya

Erina menatap Altamis dengan penuh kasih sayang, ntahlah tak bosan bosan ia menatap muka Altamis yang sama sekali tak mirip dengan Dirinya atau suaminya, bahkan ia kadang menangis diam diam saat melihat dengan dalam wajah Altamis.

"Siap anak Mama yang ganteng!"

-♡

Sinar Matahari yang terik mulai menyentuh tubuh Altamis yang masih terbelut oleh Hoodie berwarna hitam "Eunghhh"

Ia langsung mengambil asal salah satu ponselnya yang berjejeran dan mengambil ponsel yang bermerk Samsung z flip, ponsel itu jarang sekali ia gunakan, bahkan ia kadang kadang lupa jika ia memiliki ponsel itu.

Altamis langsung menyipitkan matanya saat membuka Ponselnya, ia lupa jika kecerahan ponsel itu diatas rata rata hingga mengakibatkan adanya cahaya ilahi.

"EH BUSET KESIANGAN GUEE!!" Altamis langsung bangkit dari kasurnya dan buru buru mengambil handuk yang masih baru tetapi sudah dicuci.

Dengan penampilan yang sudah memakai seragam lengkap ia langsung menuruni anak tangga dan akan menghampiri Erina "Mamaaa" teriak Altamis yang masih menuruni anak tangga

Erina menatap Altamis bingung "Loh mau sekolah?"

"Nggakk, mau jualan tempe. Yaiyalahh maaa ini udah telatt" rengek Altamis

"Loh mama kira kamu gak sekolah, kan kemarin pulangnya malem banget terus mama pikir kamu kecapekan" Erina membenarkan dasi Altamis yang masih sedikit miring

"Yah enggak lah ma, nanti Al mau jadi apa, udah ya Al mau berangkat" Altamis langsung menciumi kedua pipi Erina

Erina membalasnya dengan anggukan dan mengikuti Altamis sampai Halaman dan menunggu Altamis sampai tak terlihat

Altamis melepaskan kunci motornya yang masih menempel di motor kesayangannya dan untungnya bel masih belum berbunyi dan sepasang matanya langsung menuju ke salah satu siswi yang selama ini ia incar.

Siapa lagi kalau bukan Alesha.

Tanpa meletakkan tasnya didalam kelas ia langsung mendatangi Alesha yang sedang membaca buku, bukan novel tapi sepertinya buku Matematika

"Ngapain?" Tanya Altamis, padahal Altamis juga mengerti Alesha sedang apa saat ini, tapi ia hanya basa basi dan mencairkan suasana

Alesha membuang muka malas, kenapa hari harinya selalu ditemukan manusia seperti Altamis? "Ngepet"

"Pagi pagi kok ngepet, btw sendirian aja neng?" Tanya Altamis sambil menaik turunkan alisnya seperi om burhan

Alesha melihat kesampingnya "Bareng temen kok, cuman situ gabisa liat"

Altamis memasang muka ketakutan "Hih serem"

"Iya kaya masa depan lo!" Alesha langsung memukulkan buku tebalnya ke Muka Altamis, berharap lelaki itu pergi dari sini, tapi tidak Altamis masih stay di tempatnya

"Pergi gak lu babii!" Ucap Alesha dengan sedikit penekanan

"Santai dong celeng!" Tak mau kemarahan Alesha meningkat Altamis langsung meninggalkan Alesha

"Gue pastiin lo bakal jatuh cinta ke gue" Batin Altamis

•••

BAAAA

kaget kan?
Y dong

Vote nya kakkk
@naurraisya

ALTAMIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang