16

394 57 6
                                    




~~~~~~










Ja membuka pintu mobil, duduk di kursi kemudi dan memasang sabuk pengaman, "kau mengenalnya?" Tanyanya pelan.


First menoleh, "aku hanya tau dia rekan bisnis Off, ada apa?" Tanya First.

"Tidak ada," ucapnya pelan.

First terlihat tak percaya dengan jawaban Ja, meski raut wajahnya terlihat tenang tapi First menyadari bahwa kekasihnya itu sedang marah.

"Ja!" Panggil First pelan, "apa kau marah?"

Ja tidak menjawab hanya mencengkram setir kemudi dengan erat, "e, jaaaa! Benar-benar marah? Padaku?" Rengekan First terdengar begitu imut.

Ja menghela napas pasrah dengan tingkah First yang membujuknya, "aku tidak marah padamu," ujarnya

"Lalu,? Kau marah pada siapa?" Tanya First.

Ja awalnya terlihat ragu, "aku tidak marah, aku hanya tidak suka kau terlalu dekat dengan orang lain," namun akhirnya Ja mengatakan hal yang mengganggunya sejak tadi.





Raut wajah First terlihat tak menyangka dengan apa yang Ja ucapkan, hubungan mereka telah berjalan selama seminggu lebih dan selama waktu itu First lah yang selalu aktif dalam hubungan mereka, entah itu menelfon, menggandeng tangannya, memeluknya, merajuk, merengek, menggoda, merayu, semua pasti First yang akan memulai lebih dulu, sedang Ja hanya pasif dan menerima semua perlakuan first padanya. Jadi saat mendengar kata-kata seperti itu yang keluar dari mulut Ja, First tidak bisa tidak merasa girang dan melayang terbang. Ja cemburu, Ja tidak suka melihatnya bersama pria lain, Ja hanya menginginkannya untuk dirinya sendiri, po-se-sif. Oh First sangat suka pria posesif.




"Jadi aku salah? Apa aku akan dihukum?" First menggodanya.

Ja menatapnya lekat, "kau ingin dihukum?" Balasnya lembut.


"E, aku ingin hukuman," senyuman nakal terpatri di bibirnya, mendekat pada Ja hingga kini dia hampir berada di pangkuannya, "hukum aku dengan kasar, dan keras".


Ja tersenyum kecil, "kau yang minta," meraih kepala First, meraup bibirnya, memberikan ciuman yang pelan terkesan begitu lembut dan halus selama hampir lima menit, First sedikit menjauhkan bibirnya, meraup udara kembali sejenak sebelum menabrakkan bibirnya kembali pada bibir sang kekasih. Ciuman kali ini terkesan lebih liar dibandingkan dengan yang pertama tadi, kepala mereka bergerak kesana kemari, bibir mereka yang saling bertautan dengan lidah Ja yang membelit lidahnya, memainkannya dengan begitu sensual membangkitkan gairah yang berada di pusat tubuhnya.


First kini telah berada seutuhnya dipangkuan Ja, melingkarkan tangannya di bagian belakang leher kekasihnya, yang masih betah menginvasi seluruh bagian mulutnya. First benar-benar di buatnya mabuk dan lemas dengan ciuman sang kekasih yang terus menerus membuatnya mengerang tertahan, saat Ja menyentuh dinding langit mulutnya dengan lidahnya dia merasa akan keluar hanya dengan cumbuan saja.


Tak hanya sampai di situ kini Ja menyusuri leher First seraya memberikan gigitan kecil, kuluman kuluman intens di sepanjang leher hingga meninggalkan jejak. First menengadahkan lehernya, mendorong kepala Ja agar semakin leluasa mencumbui lehernya, yang kini mulai merambat ke tulang selangka nya. Tangan Ja yang bertengger di pinggangnya kini mulai bergerak masuk kedalam bajunya, membelai punggungnya seringan kapas, menyebabkannya semakin melenguh keras.



Tangan kanannya menekan sesuatu di samping tempat duduknya, lalu kursi tempat berlangsungnya proses pelepasan hormon mereka kini sandarannya turun kebelakang dimana posisi mereka menjadi setengah berbaring.



{ caught in a scandal }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang