Happy reading!
Sekarang mereka berlima sedang berada di kantin, karena sehabis olahraga tadi membuat mereka lapar dan haus. Mengingat olahraga tadi, Chandra merasa kesal pada Pak Rio-guru olahraga. Kata beliau, Chandra tidak bisa bermain basket, skillnya nol! Ck. Padahal Chandra sangat suka bermain basket, ia yakin skillnya bagus, teman-temannya pun mengakuinya. Tapi kenapa Pak Rio malah memberikannya nilai rata-rata?
"Lo kenapa sih? Sepet amat mukanya." ucap Hanif.
Chandra menghela nafasnya. "Pak Rio tadi ngasih gue nilai rata-rata. Pas gue tanya alasannya, kata Pak Rio gue main nya gak sportif. Gak sportif dari mana coba? Kalo punya dendam sama gue bilang dong gak usah pake alasan gak sportif-gak sportif. Perasaan dari awal masuk sekolah ini, nilai gue gak ada yg bener sama tu guru."
"Sabar Chan, mungkin bener kalik ya tu guru punya dendam ama Lo. Soalnya gue mikirnya juga gitu. Padahal ya menurut gue, skill Lo gak buruk-buruk amat di bidang olahraga, apalagi basket." ucap Firland.
"Tuh kan! Ngeselin banget." sungut Chandra.
"Sabar Chan, gitu-gitu guru kita juga." ucap Sano.
"Ya elah, cepet makan batagor Lo. Nanti abis pulang sekolah kita main basket lagi, sekalian kita mau liat di mana letak "gak sportif" nya Lo, oke?" ucap Jaka.
Chandra menghela nafasnya lalu mengangguk. Chandra pun mulai memakan batagornya sembari bercanda ria dengan keempat sahabatnya. "Eh kemarin pas gue mau buang sampah sama balikin alat sapu dari taman belakang. Gue liat cewek di rooftop."
"Terus?" saut Hanif.
"Gue gak pernah liat dia sebelumnya. Dia ini keliatan misterius gitu, terus rambutnya juga pendek banget kayak cowok."
"Rambut pendek kayak cowok?" Firland mengingat-ingat kembali gadis-gadis SMA Bina Bangsa yang memiliki ciri-ciri tersebut.
"Kayaknya gak ada si, gue gak pernah liat sumpah. Kalau rambutnya pendek kayak cowok pasti tomboy kan? Sedangkan seantero sekolah pun tahu cewek tomboy di sekolah kita tu cuma satu-"
"Gia Abrina Zayna?" potong Hanif.
"Betul sekali brother, itupun rambutnya gak pendek-pendek amat. Sedeng lahh." ucap Firland.
"Gila sih tuh cewek. Udah cantik, pinter, ketua basket lagi. Incaran gue sejak zaman zigot. Tapi seribu sayang, dia demen nya sama Joshua. Kampret memang." curhat Hanif. Gia adalah tetangga Hanif, sejak kecil Hanif sudah menyukai Gia. Bisa di bilang cinta monyet. Dari dulu Hanif selalu mencari perhatian agar Gia tertarik padanya tapi bukannya tertarik, gadis itu malah merasa tidak nyaman dengan tingkah laku Hanif. Sampai saat mereka kelas dua sekolah menengah pertama, Gia menjalin hubungan dengan Joshua, kembaran Chandra. Sangat sial memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKA DUKA AGUSTUS
Teen Fiction[ON GOING] Chandra Wisnu Wijaya. Putra tengah keluarga Wijaya yang dianggap paling berbeda. Dari segi sifat, fisik dan kemampuan. Semua yang ada pada Chandra jauh dari kata sempurna. Sedangkan prinsip keluarga mereka adalah menjadi sempurna agar di...