Sepuluh

1.6K 203 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Happy reading!
Sorry for typo





Kelas pagi ini sudah di sambut dengan senyuman manis ibu Erna, guru matematika kelas dua belas IPA tiga, kelas Chandra.

"Baik, di cuaca yang cerah ini kayaknya cocok buat ulangan harian matematika ya. Ibu lihat wajah-wajah kalian ini juga masih segar-segar, jadi semakin semangat ibu."

Anak-anak murid kelas itu memandang horor wajah cantik itu. Walaupun bukan seperti kebanyakan guru matematika yang sudah berumur, ibu Erna ini adalah guru matematika termuda di sekolah mereka. Belum menikah pula.

"Buk kok dadakan sih, kan Chandra belum belajar. Mana bisa ngisi kalo begini." ucap Chandra dengan nada memelas, dan di benarkan oleh semuanya.

"Kalo gak dadakan gak fresh kaya gorengan, udah gak usah pada ngeluh. Soalnya gak susah kok." Bu Erna membagikan beberapa lembar soal ujian, yang mana langsung di bagikan ke belakang oleh siswa yang duduk di depan.

Chandra mesem-mesem mendengar jawaban dari guru nya. Gorengan dan soal matematika mana sama, enakan gorengan. Gimana sih gurunya ini.

"Ih ibu mah bohong, katanya gak susah. Isinya angka semua ini, bikin sakit mata." lagi-lagi Chandra yang mengeluh.

Bu Erna tertawa, tidak terkejut dengan kelakuan muridnya yang satu itu.

"Kalo gak ada angka, namanya bukan matematika Chandra." jawab bu Erna.

"Yaudah lanjut ya, jangan ribut. Ibu mau rekap absen kalian."

Chandra menatap malas angka-angka yang ada di lembar soalnya. Dan setiap menitnya Sano harus mendengar helaan nafas serta decakan dari mulut Chandra.

Laki-laki itu melirik kanan kiri, ingin memulai aksinya. Ia melihat Sano yang tenang mengerjakan soal, seperti tidak ada beban sama sekali.

"Psst! Pssssttt!"

Karena terlalu kencang, semua murid menatap Chandra. Laki-laki itu hanya menyengir membuat semuanya menggelengkan kepala mereka.

"San liat."

"Lo ngapain psst psst tadi?" bukannya menunjukkan kertas jawabannya, Sano justru memberikan pertanyaan.

Dengan polos Chandra menjawab. "Ya gue mau nyontek."

Sano memicingkan matanya. "Kenapa gak bilang langsung, gue duduk di samping Lo."

"Keceplosan lek."

"Lo bikin satu kelas liat kesini."

"Astaga Sano... Lo ini salah satu ciri-ciri orang yang gak punya belas kasihan dan orang yang pelit. Gue mau liat aja gak di kasih." Chandra memejamkan matanya sembari memegang kepalanya dengan tangan yang bertumpu di meja, seolah merasa tersakiti.

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang