Tiga Puluh

553 32 1
                                    

INI LANGSUNG CEPET YA ALUR NYA BUKAN KELANJUTAN DARI CHAPTER SEBELUMNYA

SORRY FOR TYPO
ENJOYYYY LUV🦋





Bel pulang sekolah telah berbunyi, membuat para siswa siswi kelas sebelah IPA satu itu berseru senang yang mana membuat mereka segera membereskan peralatan belajar, tapi tidak dengan Esa. Pemuda dengan nama lengkap Caesar Putra Wijaya itu menelungkupkan kepalanya, ia tidak ingin pulang segera. Hari ini Ryan tidak berangkat ke sekolah karena pemuda itu sedang sakit dan ini adalah kesempatannya untuk bebas berpergian tanpa Ryan di sampingnya. Tapi dirinya bingung akan pergi kemana.

Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya Esa menyerah. Ia bingung harus pergi kemana. Akhirnya tetap pulang ke rumah. Saat ia membereskan peralatan belajar nya, tak sengaja mata nya melihat nama Chandra di pulpen miliknya. Dirinya memang suka menamai barang-barang sekolah miliknya dengan nama sang kakak, itu hasil kebosanannya. Namun pulpen dengan nama Chandra itu membuat nya tersenyum lebar. Ia akan pergi ikut dengan kakaknya itu, mengajaknya jalan-jalan mungkin.

Memikirkan hal tersebut langsung membuat Esa bersemangat, segera ia meninggalkan kelas. Menuju kelas sang kakak, semoga saja sang empunya belum meninggalkan kelas.

Saat melewati koridor, ia melihat sekeliling sekolah sudah mulai ditinggalkan para siswa siswi. Melihat itu segera Esa berlari menuju kelas sang kakak agar tidak ditinggalkan juga. Namun di tengah-tengah perjalanannya menuju kelas Chandra, Esa tidak sengaja menabrak seorang gadis yang baru saja keluar dari kelas.

"Aduh!" Esa yang sedang berlarian di koridor pun terpental saat ia tak sengaja menabrak seorang gadis, begitu juga dengan gadis tersebut. Buku yang di bawa gadis itupun ikut terlepas dari tangannya.

Baru pertama kali Esa merasakan sakit luar biasa di bahunya, akibat dari tabrakan yang tidak di sengaja itu membuat bahunya terbentur pertama kali dengan lantai koridor. Mungkin ini adalah alasan mengapa ia tidak boleh berlari secepat itu oleh Ryan. Bahunya terasa sangat sakit!

Masih dengan posisi awal, Esa melihat uluran tangan yang telapak tangannya terlihat memerah. Membuatnya cepat-cepat melihat wajah sang empunya.

"Kak Chels?!" Esa segera bangkit dari lantai kemudian menangkup tangan gadis yang telah ia tabrak itu.

"Sumpah kak, Esa gak sengaja. Maaf kak, tangan kakak jadi merah gini."

Gadis tersebut merupakan gadis yang pernah ia tabrak saat pertandingan basket lalu, Abel.

"Gak papa, lain kali hati-hati. Jangan lari-larian, bahaya."

Esa menatap bingung gadis di depannya yang sedang menggerakkan tangannya. Ia tahu kalau itu merupakan bahasa isyarat tapi ia tidak tahu artinya.

Melihat sang adik kelas bingung, akhirnya Abel menuliskan kalimat yang sebelumnya ia ucapkan di buku yang ia bawa. Setelah membacanya, Esa menganggukkan kepalanya kemudian meringis tidak enak.

"Maaf ya kak, lain kali gak lari-larian lagi. Oiya kakak mau kemana?"

"Mau ambil kucing, tapi udah pergi pas kita tabrakan tadi."

Esa kembali membaca buku yang Abeli tulis. "Maaf kak hehe."

"Kamu mau kemana? Kayaknya buru-buru banget, lari nya kenceng soalnya."

"Mau ke kelasnya kak Chandra... OIYA MAU KE KELAS NYA KAK CHANDRA." Esa melotot kan matanya ketika ia lupa tujuan sebelumnya.

"Aku duluan ya kak, sebelumnya maaf karena udah nabrak kakak. Mau cepet-cepet takut kak Chandra udah pulang."

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang