Lima Belas

1.4K 166 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Happy reading!
Sorry for typo 


Chandra mengerjapkan matanya, ia perlahan bangkit dari tidurnya saat merasakan dingin yang semakin menusuk hingga ke tulangnya. Pemuda itu meringis kecil, luka di tangan dan punggungnya masih terasa perih. Chandra melihat pintu gudang yang masih terbuka pun segera keluar dari ruangan itu.

Pemuda itu melihat sekeliling rumahnya, tidak ada satupun orang di sana. Ia pun melihat jam dinding besar yang berada di samping tangga. Masih jam tiga dini hari, pantas saja sudah sepi. Ia pun berjalan tertatih menuju sofa ruang keluarga untuk mengambil tasnya yang masih berada di sana. Chandra segera memeriksa isi tasnya. Ia bersyukur masih lengkap tidak ada yang hilang, terutama buku catatan yang baru ia beli tadi.

Karena telapak tangannya sedang sakit begitupula dengan punggungnya, jadi ia kalung kan tas itu di lehernya. Chandra berjalan tertatih menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar Chandra segera mengunci pintu kamarnya. Ia letakkan tas nya di meja belajar lalu mengambil kotak p3k yang berada dalam laci meja di samping kasurnya. Ia mulai membersihkan luka di tangan nya dengan alkohol lalu membalutnya dengan perban. Untuk nyeri di punggung nya biar kan saja, Chandra belum bisa mengobatinya.

Chandra tersenyum menatap tas nya, ia segera mengambil buku catatan di dalam tasnya. Pemuda itu membolak-balikkan buku itu, menatap cover nya. Sangat cantik. Lima buku itu berwarna coklat muda bergambar beruang lucu, kuning cerah dengan gambar bunga matahari, ungu tua dengan gambar bunga daisy cantik, merah dengan gambar semangka segar dan biru tua dengan gambar lumba-lumba lucu.

Ia mengambil satu yang berwarna coklat muda. Chandra mulai menuliskan kata demi kata di sana, menceritakan tentang bagaimana perasaan nya hari ini. Hanya ini yang bisa ia lakukan, tidak ada yang bisa ia jadikan tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya.

Dentingan ponselnya membuat ia berhenti menulis. Chandra melihat layar ponselnya, ada pesan masuk yang berisi tawaran untuk berangkat sekolah bersama dari nomor yang tidak ia kenal.

"Siapa?"

"Sesil, kak."

Chandra mengerutkan keningnya, ia mengingat-ingat bagaimana rupa si Sesil. Karena ia sudah lupa.

"Sesil siapa?"

"Temennya Esa yang kemarin nangkap kak Chandra sama kak Kinar, kata kakak mobil nya udah penuh jadi aku mau jemput kakak nanti."

Astaga, nangkap? Udah kaya apa aja gue... Tapi lumayanlah, tangan gue juga masih sakit buat megang stang sepeda.  Batin Chandra.

"Oh! Sesil... Iya sini aja nanti gue tunggu, tau kan rumah gue?"

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang