Tiga Puluh Satu

1K 84 30
                                    

JANGAN BOSEN NUNGGU YAA GESS

SORRY FOR TYPO
ENJOYYYY LUV 🦋






Hari telah menjelang sore, namun Ryan belum mendapati Esa pulang dari sekolah. Pemuda itu melemparkan gelasnya membuat pecahan gelas tersebut berceceran di lantai. Suara pecahan gelas itu membuat seseorang segara berlari menuju kamar Ryan.

Saat seseorang itu masuk terlihat seorang pemuda yang tak lain pemilik kamar yaitu Ryan sedang mencabut kasar infusnya.

"Kenapa sayang, kok di cabut infus nya." ucap Tiara, wanita tersebut mendekati sang bungsu kemudian mengelus punggung tangan Ryan yang mengeluarkan darah akibat infus yang di cabut paksa.

"Ryan mau cari Esa, Bu."

"Kenapa di cari? Esa sebentar lagi pulang, di pasang lagi ya infusnya kan lagi sakit."

Ryan menepis tangan Tiara yang akan mengelus kepalanya, pemuda itu menatap tajam sang ibu. "Ibu juga bilang itu dua jam yang lalu! Tapi Esa belum juga pulang."

"Mungkin lagi kerja kelompok, makanya belum pulang."

"Bohong! Kalau lagi kerja kelompok pasti grup kelas berisik."

Tiara melihat ke segala arah, ia bingung harus menjawab apa lagi. Kata dokter Rasya, Ryan tidak boleh banyak pikiran saat ini. Namun Esa yang belum pulang ke rumah seakan menambah beban pikiran sang bungsu. Entah kemana perginya anaknya satu itu.

"Nanti ibu minta tolong bang Marka atau kak Refan buat nyariin Esa. Tapi Ryan istirahat dulu ya, infusnya harus habis biar Ryan sehat lagi."

Ryan memicingkan matanya, seolah tidak terima kalau dirinya sedang sakit namun itu tidak bertahan lama karena melihat wajah murung sang ibu membuat Ryan sedikit melunak.

Melihat tatapan sang anak yang berubah, Tiara langsung sigap untuk merebahkan tubuh sang anak agar kembali beristirahat. Memakaikannya selimut kemudian mengelus pundak sang anak. "Sebentar ya, ibu panggilin dokter Rasya buat masang infusnya lagi."

Tiara segera menghubungi Rasya untuk memasang infus anaknya. Karena Rasya tidak berada dua puluh empat jam di rumahnya, membuatnya harus menunggu agar dokter muda itu sampai ke rumahnya.

Saat ini sang suami beserta anaknya Joshua dan Jemian sedang berada di luar kota untuk olimpiade. Baru sehari di tinggal, Ryan langsung jatuh sakit. Rasya berkata bahwa Ryan terlalu banyak pikiran dan itu membuat tubuhnya tidak ingin menerima masukan makanan. Entah apa yang di pikirkan anak itu sampai bisa jatuh sakit. Keadaan Ryan tentu tidak di beri tahu pada suami dan kedua anaknya karena itu akan menggangu konsentrasi mereka terutama Jemian. Anaknya itu sangat menyayangi adik bungsunya, mungkin jika ia tahu sang adik sedang sakit, ia akan kembali pulang tanpa memperdulikan olimpiade itu.

Tiara yang baru selesai mengirim pesan pada Rasya, dibuat terkejut karena Ryan tiba-tiba berlari keluar kamarnya. Apalagi saat pecahan gelas yang di injak Ryan tanpa alas kaki.

"Ryan!"

Wanita itu segera mengikuti sang anak, takut hal buruk terjadi. Namun saat dirinya membuka pintu, ia melihat Ryan telah memukul Chandra yang terlihat akan menuruni tangga.

"Ryan Lu kenapa!" Chandra meringis saat dirasa bibirnya robek akibat pukulan mendadak dari sang adik.

"Esa mana." ucap Ryan datar, seolah tidak memperdulikan perlakuan nya tadi.

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang