Dua Puluh Empat

976 104 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading!
Sorry for typo


Kinar dan Gia menatap frustasi langit-langit kamar Kinar. Setelah pulang sekolah Gia langsung pulang ke rumah Kinar, untuk menceritakan informasi yang ia dapatkan dari sang kekasih. Kenapa tidak di rumahnya saja? Karena di rumahnya ada sang adik yang selalu rusuh kalau Kinar berada di rumahnya.

Adiknya itu menyukai Kinar, tapi Gia yakin itu hanyalah cinta monyet biasa atau sekedar rasa kagum semata. Kenapa Gia beranggapan seperti itu? Karena adiknya masih kelas 2 SMP!

Oke lupakan adiknya itu!

Gia menghela nafasnya. "Kalo kata mama Lo mereka gak punya adik kecil, terus katanya Joshua mereka punya adik kecil. Yang bener yang mana si anjir!"

"Gue juga bingung, mama gak mungkin bohong. Tapi bisa jadi mama keliru, atau Joshua yang bohong sama Lo karena dia gak mau rahasia keluarga nya ke bongkar."

Gia menggelengkan kepalanya. Ia pusing!

"Tapi seru gak sih! Kita kaya detektif beneran wehh." seru Kinar semangat membuat Gia mengerutkan keningnya. Seru bagaimana? Ini rumit bestihh!

"Terserah Lo deh." Gia memejamkan matanya.

"Kita gak mungkin tanya korbannya. Kita udah tanya mama sama Joshua, kalo tanya Jemian itu gak mungkin karena dia disini adalah penuntut."

Gia semakin dibuat pusing dengan perkataan sahabat nya itu.

"Kalo tanya Jemian bisa-bisa dia bakal semakin menyudutkan Chandra. Kalo tanya Esa sama Ryan gak mungkin deh, mereka masih bayik gue gak mau mereka tertekan dengan pertanyaan kita." ucap Kinar yang semakin menjadi-jadi.

"Kalo kak Refan gue agak gak yakin sii tau sendiri kak Refan galak nya ngalahin rentenir, bukannya mendapat jawaban malah ocehan nanti."

Kinar menghela nafasnya, siapa lagi yang bisa membantu mereka. Ia menatap Gia yang sedang menutup matanya lalu melotot kan matanya.

"BANG MARKA!"

Gia tersentak mendengar teriakkan Kinar yang tiba-tiba itu. "Santuy mbak, kok ngegas."

Kinar cengengesan mendengarnya.

"Bang Marka Giaaa, fiks bang Marka bisa bantu. Ayo temuin bang Marka!" Karin menarik tangan Gia agar segera bangkit dari rebahannya.

"Buat janji temu dulu gihh."

"Lo kira presiden apa, pake buat janji segala." cibir Karin.

"Bang Marka orang tersibuk yang pernah gue lihat setelah bokap gue. Jadi Lo jangan protes, cepet chat bang Marka kapan dia punya waktu luang."

"Idih! Bang Marka kan cuma kuliah emang sibuk dari mana nya." Kinar kembali mencibir ucapan Gia sembari mencari nomor whatsApp calon kakak ipar nya itu.

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang