Dua Puluh Tiga

923 93 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Happy reading!
Sorry for typo



"Jemian masih marah sama gue, jadi Lo harus tanya sama Joshua ya?"

"Aman!"

Kedua gadis ini mengintip Jemian dan Joshua dari ujung jendela kelas mereka yang berada di paling belakang, terlihat kalau kedua pemuda itu sedang serius dengan buku-buku tebal di hadapan mereka.

Sudah hampir satu bulan ini mereka belajar dan mengabaikan Kinar dan Gia. Kedua gadis itu sangat memaklumi kalau kekasih mereka harus belajar untuk mengikuti olimpiade, dan itu bagus. Tapi sampai saat ini mereka belum memiliki waktu untuk berdua, meskipun hanya untuk makan siang di kantin.

Keadaan ini membuat Kinar dan Gia bingung bagaimana mereka bisa mendapatkan informasi keluarga Jemian dan Joshua kalau mereka berdua saja sedang sibuk begini.

Kinar meminta agar Gia mau menyeret Joshua pergi dari jangkauan Jemian dan melancarkan aksinya. Mengingat sebucin itu Joshua dengan Gia, tidak mungkin pemuda itu akan menolak permintaan sang kekasih. Baiklah! Ini pasti akan mudah! batin Kinar.

"Sayang!" Gia berjalan mendekati kedua kakak beradik itu, dengan wajah yang terlihat habis menangis padahal hanya pura-pura. Gia harus membuat Joshua mau meninggalkan buku-buku itu.

Joshua menatap bingung pada Gia yang tiba-tiba datang dengan wajah sembabnya.

"Kenapa, hm?"

"Si Hanif gangguan aku lagi hiks!"

Kini Jemian yang menatap Gia bingung, tidak biasanya gadis ini menangis.  Apalagi hanya karena masalah Hanif, teman Chandra yang selalu mencari perhatian Gia.

"Kamu di apa in sama Hanif, gak ada yang luka kan?" Joshua bangkit dari duduknya lalu menatap khawatir pada sang kekasih yang masih sesenggukan.

Gia tersenyum tipis melihat reaksi Joshua. Masuk perangkap!

Gia menggelengkan kepalanya.

"Kenapa sayang? Jangan bikin aku makin khawatir."

Tangis Gia di buat semakin kencang di selingi dengan gelengan kepalanya. Ia harus semakin histeris, agar Joshua percaya kalau ia benar-benar sedang terluka hihi.

"Gia sayang?" Joshua menatap lembut gadisnya, sedangkan yang di tatap malah melihat Jemian. Seakan mengerti maksud tatapan itu, Joshua langsung menyuruh Jemian pergi keluar memberikan ruang untuk mereka berdua.

Jemian menghela nafasnya. Ia pun keluar sembari membawa satu buku tebal di tangannya.

Kinar yang melihat Jemian hendak keluar dari kelas mereka pun melotot kan matanya, kenapa jadi Jemian yang keluar dari kelas? Ia segera pergi dari sana. Kemudian dirinya teringat tentang alasan Gia menangis, segera ia berlari mencari keberadaan Hanif dan menyuruh lelaki itu agar meninggalkan area sekolah. Alasannya? Agar selamat dari amukan Joshua Adi Wijaya!

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang