Dua Puluh Dua

937 108 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Happy reading!
Sorry for typo


Rasya memeriksa kondisi Ryan setelah pemuda itu dibawa ke kamar oleh ibunya untuk beristirahat. Kenapa Ryan yang di periksa? Sedangkan yang terluka tadi adalah Chandra, karena Chandra sudah ada yang mengobati yaitu calon dokter muda kita, Esa.

Tidak, hanya bercanda. Alasannya adalah karena Ryan juga sedang sakit, seperti yang di ucapkan Esa tadi. Tapi bukan sakit fisik, melainkan psikisnya. Kalian tidak salah baca, Ryan benar-benar sakit psikisnya. Walaupun terlihat seperti orang normal, tapi Ryan sebenarnya tidak. Coba ingat-ingat bagaimana sikap Ryan selama ini? Ia terkesan kasar dan dingin kecuali kepada Esa.

Ryan memiliki trauma hebat. Ia kehilangan adik kecilnya, tepat di depan matanya. Ryan tidak terima atas meninggalnya sang adik, sampai membuat psikisnya terganggu. Hingga Esa menjadi korban kesehatan mental Ryan, yaitu menganggap Esa sebagai adik kecilnya yang harus ia jaga dan lindungi.

Esa adalah satu-satunya cara agar Ryan bisa sembuh. Kenapa hanya Esa? Karena hanya Esa lah yang bisa membuat Ryan melunak. Begitulah ucap Rasya, dokter jiwa yang bertugas memeriksa Ryan lima tahun terakhir ini. Hingga tanpa sadar, mereka juga telah melukai psikis Esa.

Caesar Putra Wijaya, pemuda yang seharusnya tumbuh seperti anak seumuran nya kini di paksa berubah menjadi sosok anak kecil yang akan selalu menempel dengan Ryan.

"Abel ada perlu kan sama Chandra? Yuk ikut ke kamar nya Chandra, kakak juga ada perlu sama Esa." ucap Rasya setelah memeriksa kondisi Ryan.

Abel menganggukkan kepalanya. Sudah setengah jam ia menunggu di ruang tamu.

Mereka menaiki anak tangga menuju kamar Chandra.

Sesampainya di depan kamar Chandra, Rasya langsung mengetuk pintu kamar itu. Membuat Abel menatap wajah Rasya. Raut wajah perempuan cantik ini terlihat sangat serius, berbeda saat menyapa nya tadi. Mungkin perempuan itu ingin membicarakan sesuatu yang serius dengan Esa.

Tak lama kemudian, pintu kamar Chandra terbuka menampilkan wajah datar Esa. Tidak pernah Abel melihat raut wajah Esa seperti itu sebelumnya, membuat nya semakin merasa tidak enak hati.

"Esa ikut kak Rasya sebentar ya? Ada temennya kak Chandra mau ketemu."

Esa menaikkan sebelah alisnya, lalu menatap gadis berambut pendek dengan seragam sekolah yang sama seperti yang ia pakai. Esa tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Kemudian ekspresi Esa berubah menjadi penasaran.

Memangnya kakaknya itu punya teman perempuan? Ia tidak pernah melihat nya! Tapi penampilan gadis ini tidak seperti gadis yang lainnya, maksudnya hanya rambutnya saja yang berbeda.

"Kamu temen kak Chandra?"

Rasya tersenyum lega mendengar ucapan Esa yang masih terkesan polos, berarti ia bisa membujuk Esa nanti.

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang