Sembilan Belas

1.2K 125 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading!
Sorry for typo



"Eh monyet! CHANDRA! GUE NAIKIN YA DUIT KAS LO!" teriak Vera, gadis yang menjabat sebagai bendahara kelas itu menatap tajam Chandra sembari mengangkat tinggi tip ex yang sudah siap ia lemparkan. Pasalnya pemuda itu tiba-tiba saja mencolek pinggangnya, membuatnya terkejut sekaligus geli.

"Ampunn ndoroooo!" Chandra berlari terbirit-birit keluar kelas sebelum dilempari tip ex seperti hari sebelumnya.

Semua orang tertawa melihat tingkah laku usil Chandra yang selalu mengganggu anak yang lain. Ada-ada saja yang di lakukan oleh pemuda itu. Vera sedang serius mengerjakan soal malah di ganggu.

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu tapi teman-temannya itu masih fokus mengerjakan tugas dari guru. Katanya mereka harus lebih rajin karena sudah kelas dua belas, waktunya tinggal beberapa bulan saja jadi tidak ada waktu untuk bermain lagi.

Tapi bagi Chandra, hidup itu jangan terlalu serius, santai saja. Kalau memang sudah jalannya pasti berhasil kalau bukan ya mau bagaimana lagi. Mau usaha sampai kena tipes pun tidak akan berhasil.

"Sesil..." Chandra merangkul pundak Sesil membuat sang empunya terkejut.

"Eh kak Chandra bikin kaget aja."

Chandra hanya nyengir lebar.

"Oiya kak, tangannya gimana?"

"Ini udah di obatin." ucap Chandra sembari menunjukkan telapak tangannya.

"Syukur deh kalo gitu."

"Esa udah pesen makan belum?" tanya Chandra.

Sesi menganggukkan kepalanya. "Udah kok, sama Ryan tadi. Yaudah Sesil mau ke kelas dulu ya kak."

"Okee."

Chandra melihat ke sekeliling kantin, mencari tempat duduk yang kosong. Ternyata masih ada satu tapi dekat dengan Jemian dan Joshua. Chandra sedikit ragu untuk duduk di sana. Tapi tak apalah, ia akan duduk membelakangi mereka agar tidak melihat keberadaannya.

Chandra memesan mi ayam dan es teh manis. Lalu duduk membelakangi Jemian dan Joshua.

Uang jajannya masih belum di berikan, jadi beli mi ayam saja supaya hemat.

Tidak lama kemudian teman-temannya datang, duduk di hadapannya. Hanif yang sengaja pun langsung menepuk pundak Chandra membuat pemuda itu tersedak makanannya.

"Gilak uhuk! Parah lo Nif." ucap Chandra setelah meminum es teh nya.

"Sorry, sengaja hehe."

"Kalo gue mati gimana." sungut Chandra sembari ancang-ancang menyikut wajah Hanif.

"Dapet nasi kotak gue."

"Anjrit!"

Mereka tertawa mendengar jawaban Hanif. Ada-ada saja mereka berdua ini.

SUKA DUKA AGUSTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang