26.

78 33 59
                                    


Decakan dengan wajah datar sama sekali tak berekspresi milik Arlang menjadi  hal yang pertama kali Abian lihat saat ia turun dari tangga hendak melepas dahaga nya.

Tangan yang tadi melayang di udara bermain pesawat pesawat ditaruh di saku celana underwear. Abian harusnya sudah bersiap karena setiap hari Sabtu akan ada Arlang yang memberi hasutan atau kembali memperingati nya tentang berhenti band. Namun, Abian sangat sibuk untuk belajar sehingga lupa mempersiapkan batin.

"Kenapa saat photoshoot kamu tidak mengganti rambut?" Tanya Arlang menengadah.

"Tanya aja sama tata rias nya."

"Kamu memaksa untuk tidak mengganti nya, 'kan? Saya sudah bilang kepada kepala agensi untuk hal itu. Itu pasti karena kamu dipaksa untuk promosi menggunakan rambut silver kemarin bukan?" Tanya Arlang masih kekeuh.

Sudah satu Minggu yang lalu Abian mengganti warna rambutnya kembali menjadi hitam. Dan yang katanya ingin memposting foto dua hari setelah photoshoot itu tidak jadi dan hari ini lah dipostingnya.

"Jangan main tuduh begitu. Orang mereka juga mau banyak duit pasti memanfaatkan banyak cara dong!" Abian menukik tajam.

Arlang menarik dalam nafasnya, "begini, kamu tinggalkan band itu dan saya akan memberikan studio pribadi dan kamu bisa berkarir sendiri. Bagaimana?" Tawar Arlang terdengar menarik.

Abian terdiam, tak tahu bereaksi bagaimana dan ini adalah kesempatan emas untuknya. Tetapi, pikiran hal lain mulai memasuki kepalanya dan membuat Abian bingung sendiri. Jika nanti ia menerima tawaran yang sangat diminati maka ia akan kehilangan momen latihan bersama keempat sahabatnya. Tapi, jika ia tidak menerimanya mungkin Arlang tak akan pernah mengalah untuk menyuruhnya keluar. Tapi, kenapa Arlang mau? Bukankah itu sama saja? Menyanyi dan bergitar?

Arlang tersenyum puas mendapati keterdiaman Abian, "bagaimana? Bukannya ini tawaran yang menarik? Keluar dari agensi itu."

Abian menyipitkan matanya, "keluar agensi tetapi masih bersama band tubatu, bagaimana?"

Arlang menggeleng keras, "tidak bisa. Pikirkan itu dan Minggu depan, keputusan sudah harus ada dan temui  saya ditempat biasa." Ujar Arlang.

Sebelum berlalu pergi, Arlang bergumam pelan sebelum memberikan Abian pengingat, "hari Kamis nanti ada fanmeet untuk fans kamu! Ingat, tidak boleh melewatkan ini!" Kemudian berlalu pergi.

Abian menghela nafas gusar sambil mengusap wajahnya, "gitu aja terus. Datang sama muka datar pulang nya ngancem. Emang, papa terkece itu, kece dalam menekan batin."

Melangkahkan kakinya ke dapur melanjutkan niatnya untuk membuang dahaga karena sudah puluhan menit dihabiskan untuk karaoke online bersama tubatu tanpa minum sedikit pun.

Mengambil dua botol air dingin dari kulkas kemudian membawanya ke kamar dengan pikiran masih memikirkan hal yang baru saja terjadi.

"Ini papa gue kayak UTS aja, mau dipikirin banget deh, udah tau gue pusing sama ulangan."

Memasuki kamar dengan guratan wajah merengut sebal, kemudian menaruh botol air dingin tadi di nakas, kemudian mencari aplikasi zoom hendak berbicara dengan Ciya melalui aplikasi tersebut. Memang, akhir akhir ini Abian dan Ciya suka sekali bermain dengan aplikasi zoom tersebut menggantikan video call dari aplikasi yang biasanya mereka gunakan.

Kemudian mengambil handphone nya untuk memberikan link untuk Ciya memasuki zoom, sebelum mengambil minuman tadi Abian sudah memberikan pesan pada Ciya untuk melakukan zoom dan Ciya dengan senang hati pun setuju. Daripada Minggu nya nonton terus lebih baik dia mendengarkan Abian.

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang