08.

128 98 18
                                    

"BAM CEPAT!" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BAM CEPAT!" 

Abian menghiraukan teriakan Ciya yang menggema di kamarnya, melanjutkan memberi makan anaknya dengan sesekali bergurau. Anak nya atau burung beo kesayangannya ada prioritas ketiga setelah Mamanya, Ciya, baru Toto. Di balkon kamarnya Toto bersemayam dengan tenang. Tak ada yang mengusili terutama bocah bocah sebelah rumahnya.

Meninggalkan Ciya yang tadi dipanggil namanya untuk mengikuti ajang memasak cepat. Yang menang? Tentu saja Ciya, sebab Ciya memasak telur ceplok sedangkan Mama Bian memasak ikan yang bahkan belum dibumbui. Setelah selesai menemani mama Bian gabut, Ciya langsung menuju kamar Bian.

Tetapi yang didapati Ciya adalah kamar yang berantakan, ada pecahan kaca berserakan dimana mana, dengan bantal guling tak pada tempatnya. Bahkan selimut nya sudah terpental jauh ke AC, bagaimana bisa coba. Bungkus yupi berserakan disamping rak makanan yang Ciya lah pengisi rak tersebut, lihat seberapa beruntungnya Bamiru memiliki dirinya.

Ciya berfikir ini mungkin karena papa nya Bian datang dan mengancam bahkan menyuruh hal yang bukan Bian suka dan terciptalah kamar seperti kapal pecah.

"BAM, INI BERESIN KAMARNYA!"  teriak Ciya kembali menggema, untung saja kamar Bian ini kedap suara, jika tidak Mamanya akan datang ikut memarahi Bian tiga jam.

"Gunanya pacar apa, sih? Ya lo dong yang beresin," sahut Bian seenak jidat. Masih mengurusi anak kesayangan nya.

Ciya berdecak kesal, berjongkok mengambil guling dan bantal, mulai membersihkan tempat tidur Bian dengan terpaksa walau biasanya kalau Bian mengajak kerumahnya pasti akan ada sesi membereskan kamar Bamiru.

"Bam, bantuin. Ini kamar udah kayak habis diserang pasukan Toto aja," rengek Ciya, tangannya berkerja membereskan tempat tidur.

Terdengar kekehan dari balkon diikuti suara Toto, "iya sabar, anak gue belum dikasih sayangi," sahut Abian.

"Gue juga belum dikasih sayangi, Bam."

"Lo mah nggak usah, diberi susu kotak pun merasa dicintai, dikasihi, disayangi," balas Abian memang fakta.

Mempoutkan bibirnya lucu, Ciya menarik nafas dalam sebelum menghampiri Bian dengan anaknya, "Bam, gue pulang aja nih!" Ancam Ciya.

Mengendikkan bahunya tak perduli, "emang mau naik taksi? Aplikasi ojek online aja nggak punya," sahut Bian menjengkelkan.

"Pakai sepeda lo, 'kan bisa."

"Tapi kempes,"

"Au ah! Cepetan dong!" Kesal Ciya sudah tak tahan berdebat dengan Abian.

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang