35.

42 5 21
                                    

Masih dihari yang sama, Selasa namun ini sebelum pulang sekolah, Ciya dan Fina duduk di halte menunggu jemputan, karena hari ini ada kerja kelompok dirumah Fina menjadikan Ciya harus ikut Fina, mungkin lebih tepatnya Ciya malas untuk bolak balik d...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih dihari yang sama, Selasa namun ini sebelum pulang sekolah, Ciya dan Fina duduk di halte menunggu jemputan, karena hari ini ada kerja kelompok dirumah Fina menjadikan Ciya harus ikut Fina, mungkin lebih tepatnya Ciya malas untuk bolak balik dan mengganti baju.

Sembari menunggu jemputan Fina yang biasanya satu jam setelah pulang sekolah baru datang, keduanya membicarakan hal random dari kenapa kucing Ciya hamil padahal hanya berdiam dalam rumah, lalu merambat ke ibu hamil yang mengidam artis artis terkenal lalu merambat lagi pada Abian yang tiba-tiba Fina terfikir oleh skandal kemarin.

"Tapi nggak percaya gue. Itu ... Itu mungkin cuman orang yang pengen ngejelekin Abian? Terus bakalan lakuin apapun kalau udah benci sama Abian? Gue duga begitu, sih," ungkap Fina sambil menyeruput teh eh bungkus nya.

Ciya mengangguk setuju, persetan dengan image jika ia membenci Abian, karena hari ini Ciya akan membuat pikiran buruk banyak orang tentang Abian terhapus dan tidak akan ada yang boleh termakan fitnah.

"Menurut lo, menurut lo aja nih, menurut lo pribadi dan tanpa cucian otak orang lain, rumor Abian itu benar enggak?" Tanya Fina hati-hati. Paham jika temannya ini sangat anti dengan Abian.

Mengangkat alisnya. "Gue enggak tahu. Kita cuman diberi video 2 detik dan Abian bentak sambil hempasin kasar tangan ayahnya, 'kan? Itu cuman sekilas dan gue enggak tahu sebenarnya gimana," jawab Ciya berusaha tak tahu.

Fina melongo mendengar nya, tak sangka Ciya tidak memberikan ujaran negatif pada Abian kemarin. "Emang! Kita nggak akan tahu yang sebenarnya! Emang udah harusnya gws sih mereka yang langsung menerka terus langsung beri komentar negatif. Gila, kayak dia tahu banget gitu sama Abian yang hanya kerja. Gue satu sekolah aja nggak begitu kenal Abian gimana sebenarnya."

Ciya mengangguk berdehem.

"Apalagi lo."

Ciya menoleh cepat mendengar ucapan Fina, ia manggut-manggut ragu padahal sebenarnya bukan begitu. Tapi daripada Fina curiga.

"Lo yang notabennya musuh Abian sejagat raya, cuman tahu gimana Abian yang ngeselin terus nyebelin terus menjengkelkan lalu marah marahnya Abian, itu doang!" Celetuk Fina diakhiri menepuk tangan nya.

"Sok tahu lo!"

"Ya nggak sok tahu, sih. Salah siapa yang jadiin gue tempat mengumpat sama tempat nyambat kalau habis kelahi sama Bian? Sampai gue harus ke psikolog, Ya."

"Hah? Seberat itu, 'kah?" Kaget Ciya.

"Nggak lah bego!" Fina menepuk jidatnya menghadapi kebodohan temannya, lalu menunjuk kedepan atau belakang Ciya, "itu tuh!"

"Mobilnya? Bukannya dari sana?" Ciya menunjuk ke arah sebaliknya.

"Itu tuh, your crush," ucap Fina mengejek.

Ciya menoleh cepat takut jika Fina menebak lelaki Maret yang tinggi dan berparas tampan sangat tampan itu, namun tidak. Itu adalah Arka yang melangkah mendekat membawa bola basket yang ia mainkan pelan.

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang