39.

29 5 9
                                    

Dua bulan lalu masalah tentang Arlang dan ayah Daniel sudah tuntas bahkan mereka kembali bersahabat layaknya anak mereka. Dulunya dua musuh bebuyutan itu adalah sahabat karib sebelum keterkenalan atau berlomba lomba ingin terkenal mengubah status yang dulunya sahabat dekat menjadi musuh bebuyutan. Tapi pada akhirnya mereka kembali menjadi sahabat meski harus menunggu puluhan tahun.

Keluarnya tubatu dari agensi yang mengagetkan Abian sudah dijelaskan dan mereka memang ingin tetap satu, menjadi tubatu. Tapi mereka harus kehilangan makanan murah setiap pulang kerja.

Arlang sudah mengetahui hal itu pun bisa bernafas lega. Tapi itu belum cukup ketika ia belum bisa membuat Abian terkenal hingga luar negeri. Arlang akan membuat Abian seperti apa yang dia impikan dulu namun tak terwujud.

Di samping itu Abian diserang kerjaan model nya hampir setiap hari. Dari skandal kemarin Bian jadi ditimpa banyak kerjaan. Sebenarnya Bian harus sedih atau senang karena pendukung nya bertambah? Karena semakin banyak pendukung maka semakin tak terkontrol sebuah komunitas.

Sekarang ini Bian berada di salah satu hotel tempat pembuatan shooting iklan yang memang mengharuskan berada disini. Setelah pagi tadi menandatangani kontrak lalu Abian di suruh menunggu untuk pengambilan shooting hari ini. Jam satu siang baru dimulai dan tiba tiba laki laki Desember tinggi itu datang dengan pakaian sekolah lengkap meski dilapisi jaket kulit nya, siapa lagi jika bukan Bintang hanya untuk bertemu kekasih hatinya, Arin.

"Okay hari ini selesai! Kalian keren sekali loh!" Puji sang tata rias menghampiri Abian untuk membenarkan make up nya.

Bian tersenyum menanggapi, ia berjalan menghampiri Bintang yang langsung menggeser duduknya ke dekat Arin. Gadis yang menjadi perhatian Bintang itu sibuk pada tasnya mencari sesuatu. Setelah menemukannya Arin memberikan satu untuk Abian dan satu lagi untuk Bintang.

"Makasih, Kak. Udah tiga kali gini terus, nggak capek apa, kak?" Tanya Bian ikut duduk disamping Bintang.

Arin segera menggeleng. "Yang ada aku excited banget, loh! Aku suka kalian suka roti ice cream buatan ku. Karena jarang ada yang mau selama aku kerja sama dengan model lain," jawab nya jujur.

Bian berdehem. Setelahnya memakan dengan khidmat tanpa memperdulikan yang lain. Lelahnya juga sirna setelah ada roti ice cream ini. Hausnya pun sudah tidak lagi.

"Kak, kapan buatnya? Bukannya kemarin bilang kalau hari ini ada jadwal pagi?" Tanya Bintang setelah menggigit roti itu.

"Kemarin. Malam jam sembilan kalau enggak salah." Arin memperhatikan Bintang, baru menyadari jika laki laki di depannya ini menggunakan seragam sekolah. "Bin, kamu bolos? Oh, iya! Aku lupa, ini masih jam pelajaran loh?" Tanya Arin heran.

Bintang menyengir lebar, menjilat ice cream sebelum menjawab, "anu- aku mau nemenin Bian. Kasihan dia kalau bolos nggak ditemani, kak."

Bian mengernyit tak terima. "Gue udah izin, ya! Lo nya aja yang mau modus!" Ucap Bian.

"Modus apa? Kamu mau masuk model juga?" Arin mengangkat alisnya.

Senyum Bintang dipaksa melengkung sambil mengangguk ragu ragu. "Iya. Tapi kalau mood aja, kak."

"Bisa begitu?"

"Ya bisa, kak. Apa yang enggak bisa?"

"Kamu lucu, ya."

"Loh aku emang lucu dari dulu!"

"Dulu kamu enggak lucu!"

"Hah? Kakak sering bilang aku lucu, kok." Bintang mengernyit heran.

Arin mengangguk diiringi helaan nafas. "Kamu itu galak banget dulu. Kalau liat aku sama temen aku aja ngeri banget muka nya," ucap Arin.

"Iya, 'kah?" Bintang sepertinya tak sadar atau lupa dadakan.

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang