33.

36 6 12
                                    

"BAM— sat?"

Keributan tadi berubah menjadi keheningan apalagi wajah cengo dari keempat nya yang kaget jika musuh bebuyutan seorang Abian Bamiru datang dengan gembira nya memanggil Abian kemudian kaget dan lari sembarang arah.

"Hah?" Kaget Bintang. Tangan yang tadinya hendak bertepuk tangan, satunya menutupi mulut tak percaya, "tadi itu Ciya?"

Dengan segera Abian mengambil handphone nya, ia periksa ternyata ada banyak pesan masuk dari Ciya dan bilang jika ingin ke rumah. Pantas saja dari tadi hp nya selalu berbunyi.

Menepuk jidat nya, lalu bangkit untuk mengejar Ciya, Abian duga jika gadis itu sedang panik. Apalagi ini tiga orang sekaligus yang mengetahui ini. Akan, mungkin.

"Tadi apaan?"

"Manusia, Dan."

"Tau! Tapi, itu Ciya? Ciya musuh si Bian? Kok?" Keheranan melanda Daniel. Bagaimana tidak? Disekolah mereka selalu beradu mulut seakan ada saja sesuatu yang dapat di ributkan. Bahkan lantai kantin ada berapa aja diributkan.

"Udah gue duga, sih. Ci itu Ciya."

"Lo bilang nya udah gue duga terus! Lo nggak bilang tuh lo duga apaan!" Bintang menyahut.

"Nanti kalau gue bilang sama kalian pasti dugaan gue jadi nggak bener," jawab Tama mendengus.

"Dugaan Tama limited edition, Bin."

"Oh? Tapi, mereka dekat?" Tanya Bintang pelan. Mendekatkan wajahnya ke teman temannya dengan air wajah serius.

"Iya kali," sahut Daniel.

"Dari kapan anjing! Lo pada tahu mereka kayak kucing tikus?" Elak Bintang tak setuju.

Daniel mengendikkan bahunya, Danie memutar otaknya, berusaha mencari kecurigaan nya selama ini.

"Tapi kemarin lo cerita yang dapat taruhan sama Abian, 'kan? Nah! Mungkin itu udah dekat, terus juga mungkin dugaan lo mereka bakalan dekat pas tragedi hp itu juga benar?" Terka Tama.

Bintang mengangguk-nganggukan kepalanya saat tebakan Tama ada benarnya.

"Mungkin juga yang dari kotak makan itu? Yang tulisan nya dari siapa, ya?" Kali ini Daniel menerka. Pikiran nya teringat dimana Abian sering mendapat kotak makan.

"Iya! Tapi, itu lama banget? Nggak mungkin juga, Dan."

Disisi lain ada Abian yang mencari Ciya dari keluar tapi sepeda Ciya masih ada, mencari ke toilet bawah juga tidak ada, lalu diruang tengah hanya ada suara siaran kartun yang berlangsung, namun saat dirinya melangkah diri ke taman belakang ia berpapasan dengan Erika yang membawa nampan minuman, untuk Tubatu.

Langkah cepat Abian direm mendadak, mengatur nafasnya yang tersengal, "Ma, lihat Ciya enggak?" Tanya nya saat berpapasan dengan Erika.

Erika mengangguk kecil, "di dapur, tadi dia ke dapur ngagetin mama, dia kayak di drama drama gitu."

"Hah, gimana?"

"Iya. Kayak lihat pacarnya selingkuh didepannya terus kabur terus Tremor. Pasti lihat anak tubatu, ya?" Tanya Erika. Ibunda Abian ini memang mengetahui alasan kenapa hubungan anaknya yang diam diam.

"Terus mama apain?"

"Mama cuman ngasih air putih. Mama buru buru, Yan. Ini habis nganter ini ke atas terus mau ke Toko."

Abian mengacungkan jempolnya, berbelok arah kemudian berlari ke dapur menghampiri Ciya. Meninggalkan Erika yang terkikik geli melihat tingkah dua anak kesayangan nya.

Di dapur Bian mendapati Ciya yang terengah-engah meminum air putih, membelakangi Abian dengan gumaman yang tidak jelas, Abian mendekat ke Ciya kemudian menarik entah berapa helai rambut Ciya pelan namun mampu membuat gadis itu berbalik.

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang